Dolar AS sudah Terpuruk, Kenapa Rupiah Masih Sulit Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 29/10/2021 10:04 WIB
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Amerika Serikat (AS) nyungsep di kuartal III-2021, yang berdampak pada terpuruknya dolar. Alhasil, rupiah yang dalam beberapa hari terakhir kesulitan menguat langsung melesat di pembukaan perdagangan Jumat (29/10). Tetapi, ada faktor lain yang membuat laju rupiah tertahan. 

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,14% ke Rp 14.150/US$. Apresiasi rupiah kemudian terpangkas, dan kembali stagnan di Rp14.170/US$ pada pukul 9:10 WIB.

Kemarin rupiah sempat menyentuh Rp 14.205/US$, level terlemah dalam 2 pekan terakhir. Tetapi, di akhir perdagangan rupiah berakhir stagnan. Pergerakan tersebut mengindikasikan pasar sedang menanti rilis data pertumbuhan ekonomi AS pada Kamis malam.


Dolar AS yang sebelumnya menguat berbalik terpuruk kemarin setelah rilis data produk domestik bruto (PDB) tersebut. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS merosot 0,5% ke 93,34.

Departemen Perdagangan AS melaporkan produk domestik bruto (PDB) AS hanya tumbuh 2% di kuartal III-2021, melambat dari kuartal sebelumnya 6,7% serta lebih rendah dari hasil survei Reuters yang memprediksi pertumbuhan 2,8%.

"Secara keseluruhan ini adalah kekecewaan yang besar, mengingat konsensus di awal Juli menunjukkan PDB bisa tumbuh 7%, dan skenario terburuk kami 3,5%, itu bahkan masih jauh lebih tinggi dari realisasi," kata Paul Ashworht, kepala ekonomi di Capital Economics, sebagaimana diwartakan CNBC International.

Ashsworth memprediksi di kuartal IV-2021, PBD bisa rebound namun dengan catatan.

"Kami memperkirkan perekonomian bisa rebound di kuartal terakhir tahun ini, tetapi itu bisa terjadi jika penjualan kendaraan bermotor tidak merosot begitu juga dampak negatif Covid-19 mampu diredam," katanya.

Data lain menunjukkan, klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 23 Oktober bertambah sebanyak 281.000 orang, yang merupakan level terendah selama pandemi. Rilis tersebut juga lebih baik dari estimasi 289.000 orang dan pekan sebelumnya 291.000 klaim.

Berkat rilis tersebut, kemerosotan dolar AS sedikit tertahan, sebab pasar tenaga kerja terus menunjukkan perbaikan. Selain itu, pelaku pasar juga masih menanti rilis data inflasi versi personal consumption expenditure (PCE). Hasil survei Reuters menunjukkan inflasi PCE Inti tumbuh 3,7% year-on-year (YoY) di bulan September, lebih dari dari bulan sebelumnya 3,6% YoY yang merupakan level tertinggi dalam 3 dekade terakhir.

Data inflasi PCE tersebut dan pasar tenaga kerja merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, sehingga pasar masih akan wait and see dan menahan laju penguatan rupiah. 

TIM RISET CNBC INDONESIA  


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS