IHSG Terseret Koreksi di Sesi 1, Berakhir pada 6.605,441

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Rabu, 27/10/2021 11:53 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terseret ombak koreksi pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (27/10/2021), menyusul sentimen negatif terkait pertambahan kasus Covid-19 di China dan Eropa.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.605,441 atau turun 51,5 poin (-0,77%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,11% ke 6.664,3374, indeks acuan utama bursa ini menyentuh level tertingginya pada 6.670,809 beberapa menit jelang pukul 09:00 WIB.

Selepas itu, IHSG ambles hingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.600,628 beberapa menit jelang penutupan perdagangan sesi satu. Mayoritas saham terkoreksi, yakni sebanyak 319 unit, menyisakan 179 yang menguat, dan 156 lainnya flat.


Nilai perdagangan merangkak naik menjadi sebesar Rp 8,3 triliun yang melibatkan 14 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 800.000-an kali. Investor asing masih mencetak pembelian bersih (net buy), kali ini senilai Rp 83,9 miliar.

Saham yang mereka borong terutama adalah saham PT Kabel Farma Tbk (KLBF) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 60,5 miliar dan Rp 49,3 miliar. Saham KLBF naik 3,6% ke Rp 1.595 tetapi BBNI turun 2,75% ke Rp 7.075/unit.

Sebaliknya, aksi jual asing menimpa saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 23,2 miliar dan Rp 21,2 miliar. Kedua saham tersebut terkoreksi masing-masing sebesar 1,7% dan 2,1% menjadi Rp 4.560 dan Rp 1.825/saham.

Dari sisi nilai transaksi, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali memimpin dengan total nilai perdagangan sebesar Rp 542,5 miliar, diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 246,7 miliar dan BBNI senilai Rp 222,7 miliar.

Koreksi terjadi setelah China dan Eropa kini sedang terbelit persoalan merebaknya Covid-19 varian baru. Sekitar 1.672.000 kasus baru telah terdaftar di Eropa selama seminggu terakhir, rata-rata sekitar 239.000 per hari atau lompat 18% dari pekan sebelumnya.

Secara bulanan, peningkatan itu setara dengan 60%, dibandingkan dengan posisi September di mana ada 150.000 kasus baru per hari. Di Benua Biru, 42 negara mengalami peningkatan infeksi baru selama seminggu terakhir, dan hanya tujuh negara yang mencatat penurunan.

Di China, pemerintah memberlakukan karantina wilayah (lockdown) kota Lanzhou, provinsi Gansu karena adanya infeksi baru. Dilansir dari AFP, kota berpenduduk empat juta orang ini mencatat sebanyak 29 kasus infeksi baru per Selasa (26/10/2021).

Sentimen negatif juga muncul dari China setelah satu lagi perusahaan properti kesulitan membayar kewajibannya, menyusul Evergrande Group, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings, yakni Modern Land.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor