Harga Kripto Drop Tipis, Bitcoin-Dogecoin-Shiba Inu Menguat!

chd, CNBC Indonesia
Senin, 25/10/2021 09:50 WIB
Foto: Pemeilik anjing Shiba Inu memeluk binatang kesayangannya. (AP/Shizuo Kambayashi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas mata uang kripto (cryptocurrency) berkapitalisasi pasar terbesar kembali melemah pada perdagangan Senin (25/10/2021) pagi waktu Indonesia, setelah China kembali mempertegas sikapnya terhadap industri kripto.

Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 09:00 WIB, dari kedelapan kripto berkapitalisasi pasar terbesar (big cap) non-stablecoin, hanya bitcoin, solana, dan dogecoin yang masih menguat pada pagi hari ini.

Bitcoin menguat 1,05% ke level harga US$ 61.713,41/koin atau setara dengan Rp 873.244.752/koin (asumsi kurs hari ini Rp 14.150/US$), solana bertambah 1,25% ke level US$ 200,66/koin (Rp 2.839.339/koin), dan dogecoin meroket 9,8% ke US$ 0,2741/koin (Rp 3.879/koin).


Sementara sisanya diperdagangkan di zona merah pada pagi hari ini. Ethereum melemah 0,38% ke level harga US$ 4.117,14/koin atau Rp 58.257.531/koin, binance coin terkoreksi 0,78% ke US$ 480,27/koin (Rp 6.795.821/koin),

Berikutnya cardano merosot 1,24% ke US$ 2,13/koin (Rp 30.140/koin), ripple turun tipis 0,05% ke US$ 1,09/koin (Rp 15.424/koin), dan polkadot ambles 2,11% ke US$ 43,05/koin (Rp 609.158/koin).

Dalam sepekan terakhir, kripto big cap secara mayoritas terpantau positif, hanya bitcoin cardano, dan ripple yang terkoreksi.

Koin digital solana kembali memimpin penguatan kripto big cap sepekan terakhir, yakni melesat hingga lebih dari 23%. Sedangkan kripto polkadot menjadi yang paling minor penguatannya, yakni 0,67%.

Kripto big cap pada pagi hari ini secara mayoritas terpantau terkoreksi, meskipun koreksinya cenderung tipis. Hal ini terjadi setelah China kembali mempertegas sikapnya terhadap industri kripto pada Sabtu (23/10/2021) lalu.

Pada Sabtu lalu, National Development and Reform Commision (NDRC) China memasukkan aktivitas penambangan bitcoin dan cryptocurrency lainnya ke dalam blacklist (daftar hitam) kegiatan industri yang harus ditinggalkan.

Aturan ini dimasukkan dalam Industrial Structure Adjustment Guidance Catalogue yang sudah berlaku efektif sejak Januari tahun lalu. Dalam panduan ini ada tiga kategori arahan industri domestik yakni industri yang harus didorong, dibatasi, dan dihilangkan, seperti dikutip dari South China Morning Post, Sabtu lalu.

Hal ini juga disebut sebagai cara China mencapai target netralitas karbon pada 2060 karena penambangan bitcoin dan cryptocurrency lainnya mengkonsumsi banyak energi.

Aksi ini juga menutup semua akses warga China daratan untuk berhubungan dengan cryptocurrency. Pada 2017 silam, pemerintah China telah melarang penerbitan koin digital (ICO) di China dan menutup semua platform pertukaran cryptocurrency lokal.

Setelah itu, pemerintah melarang lembaga keuangan seperti bank dan lembaga pembiayaan serta fintech seperti Alipay dan WeChat Pay untuk memfasilitasi perdagangan dan transaksi uang kripto.

Bank Sentral China juga turun tangan dan mengambil tindakan keras pada perdagangan dan pembiayaan kripto dengan menyebut platform perdagangan cryptocurrency luar negeri yang melayani transaksi warga China sebagai kegiatan keuangan ilegal.

Tindakan keras China telah membuat Amerika Serikat (AS) menjadi negara penambangan cryptocurrency terbesar di dunia dalam hal hash rate, unit untuk mengukur kekuatan pemprosesan jaringan bitcoin guna memverifikasi transaksi dan membuat cryptocurrency baru.

Menurut Cambridge Bitcoin Electricity Consumption Index (CBECI) pada Agustus lalu, AS berkontribusi 35,4% pada hash rate global diikuti oleh Kazakhstan dan Rusia. Adapun China menuju 0%.

Meskipun China kembali menindak keras terhadap industri kripto, namun hal ini tidak berpengaruh besar ke bitcoin dan harga bitcoin kembali melanjutkan penguatannya, meskipun cenderung tipis dan masih berpotensi terkoreksi.

Pada pekan lalu, bitcoin sempat menyentuh rekor tertinggi barunya di kisaran level US$ 66.000. Meskipun hanya bertahan sesaat, namun tren bitcoin masih cenderung bullish.

Forbes melaporkan sebuah panel yang berisi 50 ahli bitcoin dan mata uang kripto memprediksi harga bitcoin akan terus menanjak di 2021 dan mencetak rekor US$ 80.000/koin. Setelahnya, bitcoin akan meroket lagi ke US$ 250.000/koin di 2025, dan akhirnya mencapai US$ 5 juta di 2030.

"Saat bitcoin semakin matang dan terjadi peningkatan nilai, kegunaan, umur dan kepercayaan, perilakunya tidak akan seperti saham. Bitcoin akan lebih mirip dengan emas sebagai aset penyimpan nilai," kata Daniel Polotsky, panelis dan pendiri CoinFlip, sebagaimana dilansir Forbes, Sabtu lalu.

Seperti diketahui, exchange trade fund (ETF) berbasis bitcoin futures, ProShares Bitcoin Strategy ETF, yang mulai diperdagangkan di pekan ini. ETF tersebut semakin menambah keragaman investasi berbasis bitcoin, yang menjadi salah satu pemicu kenaikan harga bitcoin di pasar spot hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada pekan lalu.

Di lain sisi, koin digital 'receh' saingan dogecoin, yakni shiba inu (SHIB) juga terpantau melesat setidaknya dalam sepekan terakhir.

Pada pagi hari ini, shiba inu terpantau melesat 12,17% ke level US$ 0,00003941/koin. Dalam sepekan terakhir, koin digital bergambar anjing shiba inu ini telah melonjak hingga 41,31%.

Hal ini terjadi setelah platform broker online, Robinhood akan segera menyediakan cryptocurrency tersebut di platform-nya.

Sebelum kabar dari Robinhood yang akan mengadopsi shiba inu di platformnya, meroketnya harga kripto ini terjadi setelah mendapat ketenaran di India ketika Vitalik Buterin, miliarder dan pendiri cryptocurrency Ethereum, menyumbangkan 50 triliun token SHIB ke dana bantuan kripto untuk upaya bantuan Covid-19 India selama gelombang kedua pagebluk Corona pada Mei 2021.

Token SHIB dibuat pada Agustus 2020 oleh sosok dengan pseudonim Ryoshi. Shiba Inu, yang berbasis ethereum, mencoba menyaingi sistem algoritma penambangan dogecoin yang berbasis Srypt.

Pada 17 September 2021, bursa kripto terbesar di Amerika Serikat (AS), Coinbase memasukkan shiba inu ke platform mereka. Sejurus dengan itu, koin Shiba Inu melonjak 40% dan membuat koin ini kembali dilirik banyak investor kripto lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Panas" AS-China & Aksi The Fed Bikin Bitcoin Berpesta