Libas Dolar AS, Rupiah Mulai Kampanye Tembus Rp 14.000/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 19/10/2021 15:35 WIB
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses memulai lagi kampanye untuk bisa menembus Rp 14.000/US$ pada perdagangan Selasa (19/10) setelah terkoreksi cukup dalam awal pekan kemarin.

Dolar AS yang sedang tertekan, dan sentimen bagus dari dalam negeri membuat rupiah mulus menguat, tidak pernah menyentuh zona merah hari ini.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melesat 0,39% ke Rp 14.050/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, setelahnya apresiasi rupiah terpangkas hingga tersisa 0,1% di Rp 14.090/US$.


Rupiah kembali berhasil mempertebal penguatan, dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.073/US$, atau menguat 0,23% di pasar spot.

Tanda-tanda pelambatan ekonomi Paman Sam membuat dolar AS tertekan. Hal tersebut terlihat dari data produksi industri yang mencatat penurunan terbesar dalam 7 bulan terakhir pada September lalu.

Data yang dirilis awal pekan kemarin menunjukkan produksi industri turun 1,3% di bulan September dari bulan sebelumnya. Produksi industri mencakup sektor manufaktur, utilitas dan pertambangan. Pemerintah AS melaporkan produksi manufaktur tercatat menurun 0,7%, terseret penurunan produksi kendaraan bermotor sebesar 7,2% akibat kelangkaan semikonduktor.

Sektor utilitas mengalami penurunan 3.6% dan pertambangan 2,3%.

Sementara itu kabar baik datang dari dalam negeri, kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) semakin terkendali.

Satgas Penanganan Covid-19 kemarin melaporkan ada penambahan 626 kasus baru Covid-19. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan kemarin yang tercatat 747. Dengan demikian, sudah 3 hari beruntun penambahan kasus di bawah 1.000 orang.

Selain itu, Pemerintah juga memperpanjang lagi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di Jawa-Bali. Walaupun diperpanjang selama 2 pekan ke depan, namun ada aturan yang dilonggarkan, sehingga roda perekonomian bisa berputar lebih kencang lagi.

Sementara itu Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober 2021. Hasilnya sesuai ekspektasi pasar, suku bunga acuan masih ditahan.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Selasa (19/10/2021).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat, tidak ada dissenting opinion.

BI sebenarnya memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga, melihat inflasi yang masih rendah. Tetapi, stabilitas rupiah menjadi salah satu alasan BI mempertahankan suku bunganya dalam 8 bulan beruntun. Sebab, bulan depan kemungkinan besar aka nada tapering bank sentral AS (The Fed) yang bisa menimbulkan gejolak di pasar finansial, dan berdampak buruk bagi rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS