Joss! Tunggu BI, Rupiah Dekati Lagi Rp 14.000/US$
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah terkoreksi di awal pekan kemarin, nilai tukar rupiah kembali ke jalur penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (19/10), mendekati lagi Rp 14.000/US$. Dolar AS sedang dalam tekanan pasca akibat munculnya tanda pelambatan ekonomi. Sementara rupiah dinaungi sentimen positif dari harapan kebangkitan ekonomi Indonesia.
Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melesat 0,39% ke Rp 14.050/US$. Level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, setelahnya apresiasi rupiah terpangkas menjadi 0,25% ke Rp 14.075/US$ pada pukul 9:10 WIB, melansir data Refinitiv.
Tanda-tanda pelambatan ekonomi AS terlihat dari data produksi industri yang mencatat penurunan terbesar dalam 7 bulan terakhir pada September lalu.
Data yang dirilis awal pekan kemarin menunjukkan produksi industri turun 1,3% di bulan September dari bulan sebelumnya. Produksi industri mencakup sektor manufaktur, utilitas dan pertambangan. Pemerintah AS melaporkan produksi manufaktur tercatat menurun 0,7%, terseret penurunan produksi kendaraan bermotor sebesar 7,2% akibat kelangkaan semikonduktor.
Sektor utilitas mengalami penurunan 3.6% dan pertambangan 2,3%.
Sementara itu kabar baik datang dari dalam negeri, kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) semakin terkendali.
Satgas Penanganan Covid-19 kemarin melaporkan ada penambahan 626 kasus baru Covid-19. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan kemarin yang tercatat 747. Dengan demikian, sudah 3 hari beruntun penambahan kasus di bawah 1.000 orang.
Selain itu, Pemerintah juga memperpanjang lagi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di Jawa-Bali. Walaupun diperpanjang selama 2 pekan ke depan, namun ada aturan yang dilonggarkan.
Ada beberapa penyesuaian aktifitas pada periode PPKM ke depan ini.
"Tempat bermain anak-anak dan mal boleh dibuka pada level 2," kata Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi persnya kemarin.
"Tempat bermain akan harus mencatat telepon orang tua dan waktu anak bermain untuk kebutuhan tracing. Dan kemudian kapasitas bioskop juga bisa ditingkatkan menjadi 70%. Dan anak-anak diperkenankan masuk (ke bioskop) untuk level 1 & 2," kata Luhut.
Pasar kini menanti pengumuman kebijakan pengumuman kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI).
BI diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2021. RDG BI bulan ini berlangsung pada 18-19 Oktober 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%.
Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat, tidak ada dissenting opinion.
Pelaku pasar akan menanti pernyataan-pernyataan yang menunjukkan bagaimana kesiapan BI menghadapi tapering bank sentral AS (The Fed) yang kemungkinan terjadi pada bulan depan. Apalagi, ada ekspektasi di pasar The Fed akan menaikkan suku bunga di bulan September 2023. Sehingga pengumuman kebijakan BI kali ini bisa memberikan dampak yang signifikan ke rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)