Ekonomi China Melambat, Bursa Asia Merah Kecuali IHSG

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 18/10/2021 16:54 WIB
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup melemah pada perdagangan Senin (18/10/2021) awal pekan ini, karena investor merespons negatif dari rilis data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga tahun 2021 yang terpantau kembali melambat.

Hanya indeks Hang Seng Hong Kong dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona penguatan pada perdagangan hari ini. Indeks Hang Seng ditutup menguat 0,31% ke level 25.409,75 dan IHSG berakhir terapresiasi 0,38% ke posisi 6.658,77.

Sementara sisanya ditutup di zona pelemahan pada hari ini. Indeks Nikkei ditutup melemah 0,15% ke level 29.025,46, Shanghai Composite China turun 0,12% ke 3.568,14, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,28% ke 3.006,68, dan Straits Times Singapura cenderung stagnan di level 3.173,82.


Biro Statistik Nasional (National Bureau Statistic/NBS) China pagi ini melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,9%, melambat signifikan dari kuartal II-2021 sebesar 7,9%, dan di bawah prediksi analis yang disurvei Reuters sebesar 5,2%.

Hal ini diakibatkan oleh sektor properti yang berjuang dengan langkah-langkah kebijakan yang lebih ketat dan krisis energi yang membayangi.

"Setelah pemulihan virus corona yang cepat, pemulihan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu kehilangan tenaga, dengan pertumbuhan produk domestik bruto mencapai 4,9% per tahun," tulis NBS.

Melambatnya kembali PDB China pada kuartal III-2021 tentunya memicu kecemasan akan pelambatan ekonomi global yang semakin dalam.

Analis menyebut bahwa krisis properti yang dialami oleh raksasa Evergrande masih menjadi biang keladi dari perlambatan ini. Selain itu, krisis energi yang mulai membayangi juga memperlambat output industri.

"Pertumbuhan terseret oleh perlambatan di real estat, yang baru-baru ini diperkuat oleh limpahan dari kerja keras Evergrande," kata kepala ekonomi Asia Oxford Economics Louis Kuijs.

"Ada pukulan tambahan pada bulan September dari kekurangan listrik dan pengurangan produksi karena penerapan target iklim dan keselamatan yang ketat oleh pemerintah daerah."

Meskipun mayoritas indeks utama Asia terpantau melemah pada hari ini, namun di indeks Hang Seng Hong Kong pada hari ini terpantau masih bertahan di zona penguatan karena kenaikan saham sektor energi, utamanya batu bara pada hari ini.

Saham energi Hang Seng naik 2,6%, dengan perusahaan batubara memimpin kenaikan. Hal ini terjadi setelah harga batu bara kokas berjangka China melonjak ke rekor tertingginya karena pasokan tetap ketat meskipun Beijing telah meningkatkan upaya untuk meningkatkan produksi.

Meskipun pelaku pasar Asia cenderung kecewa dengan data ekonomi China pada kuartal III-2021, namun sebagian bursa Asia lainnya tetap optimis pada hari ini.

Dari Amerika Serikat (AS), kontrak berjangka (futures) indeks saham AS cenderung tak banyak berubah, setelah mencetak kinerja terbaik mereka sepekan dalam sebulan terakhir.

Menyusul kinerja positif emiten perbankan di AS pekan lalu, data ekonomi juga membukukan kinerja positif, dengan penjualan ritel yang menguat sebesar 0,7% pada September. Sementara itu, ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan koreksi sebesar 0,2%.

Musim rilis laporan keuangan kuartal III-2021 perusahaan AS kembali berlanjut pekan ini, di mana beberapa emiten besar seperti Netflix, Johnson & Johnson, United Airlines dan Procter & Gamble akan merilis kinerja keuangan pada kuartal ketiga tahun ini.

Selain perusahaan besar AS di atas, Tesla, Verizon serta IBM juga akan merilis kinerja keuangannya pada pengujung pekan nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Dibombardir Israel, Bursa Asia & IHSG "Kebakaran"