Wall Street Rebound, Bursa Asia Dibuka Kompak Cerah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
06 October 2021 08:51
Kantor pusat KEB Hana Bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. (AP/Ahn Young-joon) (AP Photo/Ahn Young-joon)
Foto: Kantor pusat KEB Hana Bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. (AP/Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka menghijau pada perdagangan Rabu (6/10/2021), setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) berhasil rebound ke zona hijau pada penutupan perdagangan Selasa (5/10/2021) waktu setempat.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melesat 0,7%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,42%, Straits Times Singapura bertambah 0,69%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,72%.

Dari Korea Selatan, data inflasi periode September 2021 telah dirilis pada pagi hari ini. Data dari Tradingeconomics tercatat inflasi Korea Selatan dari sisi indeks harga konsumen (IHK) periode September turun menjadi 2,5% secara tahunan (year-on-year/YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 2,6%.

Sedangkan secara bulanan (month-on-month/MoM), IHK Negeri Ginseng tersebut juga turun menjadi 0,5%, dari sebelumnya pada Agustus lalu sebesar 0,6%.

Pasar saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa AS, Wall Street yang berhasil ditutup rebound pada dini hari tadi waktu Indonesia, setelah pada perdagangan Senin (4/10/2021) lalu sempat ditutup ambruk.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 0,92% ke level 34.314,67, S&P 500 melonjak 1,05% ke 4.345,71, dan Nasdaq Composite meroket 1,25% ke posisi 14.433,83.

Saham Netflix menguat hingga 2%, sementara saham Apple dan Alphabet (induk usaha Google) kompak melompat hingga 1%. Sementara itu, saham Facebook naik 1% setelah kemarin anjlok hingga 5% karena gangguan layanan di tingkat global.

Saham yang terkait dengan pemulihan ekonomi seperti peritel dan perbankan juga menguat. Demikian juga dengan saham energi setelah harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) yang bercokol di level US$ 78.25/barel. Saham ExxonMobil dan Chevron lompat 1% lebih.

Pada Senin lalu, Dow Jones ditutup ambles lebih dari 300 poin, S&P 500 drop 1,3% dan Nasdaq memimpin pelemahan dengan koreksi 2,14%. Saham teknologi terkoreksi menyusul kenaikan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar ke level 1,5%.

"Aksi jual dipicu juga oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun... kenaikan inflasi, dan pertumbuhan ekonomi yang melemah," tulis Mark Haefele, Direktur Investasi UBS, seperti dikutip CNBC International.

Paceklik energi dan persoalan fiskal di Kongres AS juga memperburuk sentimen. "Namun kami melihat kekhawatiran demikian terlalu berlebihan atau sepertinya akan hilang segera, dan kami berharap reli saham akan kembali ke jalur yang tepat." tambah Haefele.

Sentimen dari naiknya harga komoditas energi masih akan dipantau oleh investor pada hari ini, di mana harga batu bara dan minyak mentah masih terus menguat. Terakhir harga batu bara acuan global melonjak 12,45% dalam sehari ke US$ 280/ton.

Ini merupakan level tertingginya sepanjang masa. Penguatan harga batu bara yang tajam diakibatkan oleh penipisan pasokan di India dan China serta karena kenaikan harga gas alam yang membuat si batu hitam kembali dilirik.

Di sisi lain harga minyak mentah juga ikut mengalami kenaikan. Harga minyak mentah jenis Brent naik 1,6% ke level US$ 82,56/barel. Tidak menutup kemungkinan bahwa harga minyak bisa tembus US$ 85/barel.

Kenaikan harga minyak mentah sendiri diakibatkan oleh kebijakan negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan para kartel lainnya yang menahan produksi dan baru akan menaikkannya secara gradual alias bertahap.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular