Yield US Treasury Kembali Naik, SBN Mengekor

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
28 September 2021 18:37
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (28/9/2021), di tengah kembali meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan menyentuh level tertingginya sejak Juni lalu.

Mayoritas investor kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 3 tahun yang masih ramai diburu oleh investor dan mengalami pelemahan yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun turun 1,1 basis poin (bp) ke level 3,849% pada perdagangan hari ini. Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 6,9 bp ke level 6,313% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pergerakan yield SBN, terutama SBN acuan bertenor 10 tahun kembali mengikuti pergerakan yield obligasi pemerintah AS (Treasury) dengan tenor yang sama pada hari ini, di mana yield Treasury menyentuh level tertingginya sejak Juni lalu.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun terpantau menguat 4,6 bp ke level 1,53% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Senin (27/9/2021) kemarin di level 1,484%.

Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell dalam sambutannya yang akan dilaksanakan pada malam ini waktu Indonesia, memperingatkan bahwa inflasi yang lebih tinggi dapat bertahan lebih lama dari yang diprediksi oleh pasar.

Powell akan menyampaikan pidato di hadapan Komite Perbankan Senat AS pada pukul 10:00 pagi waktu AS atau pukul 21:00 malam nanti waktu Indonesia. Dalam pidatonya, Powell menyinggung soal pertumbuhan ekonomi yang "terus menguat" tetapi telah bertemu dengan tekanan kenaikan harga akibat hambatan rantai pasokan dan faktor lainnya.

"Inflasi telah meningkat dan kemungkinan akan terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang sebelum adanya moderasi dari pembelian obligasi," kata Powell, dikutip dari CNBC International.

Pada pekan lalu, The Fed mengindikasikan bahwa pihaknya akan segera mulai mengurangi pembelian obligasinya atau tapering, sekitar bulan November mendatang.

Di lain sisi, investor juga memantau kemajuan penyelesaian pemasukan AS yang sudah menipis, dan harus diizinkan menaikkan tingkat utang jika tak ingin layanan publik terhenti (shutdown) karena tak ada sumber dana pembayaran gaji mereka.

Ketua DPR AS, Nancy Pelosi pada Minggu (26/9/2021) mengatakan bahwa proposal infrastruktur bipartisan (disponsori kedua partai di AS) senilai US$ 1 triliun bakal disahkan pekan ini. Kongres harus meloloskan anggaran tambahan akhir September untuk menghindari shutdown.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular