
Mayoritas Bursa Asia Drop, Hang Seng Melesat, KOSPI Ambles!

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (28/9/2021), menyusul lonjakan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury dan kecemasan seputar pertumbuhan ekonomi China.
Tercatat indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melesat 1,2% ke level 24.500,39, dan Shanghai Composite China menguat 0,54% ke 3.602,22.
Sementara sisanya kembali ditutup melemah pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,19% ke level 30.183,96, Straits Times Singapura merosot 0,73% ke 3.077,69, KOSPI Korea Selatan ambles 1,14% ke 3.097,92, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,15% ke posisi 6.113,11.
Mayoritas bursa saham Asia yang cenderung tertekan terjadi setelah beberapa perusahaan keuangan global menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2021.
Goldman Sachs memangkas ekspektasi pertumbuhan ekonomi China menjadi 7,8%, dari proyeksi sebelumnya 8,2%. Nomura juga memperkirakan ekonomi Negeri Tirai Bambu akan tumbuh hanya 7,7% tahun ini, atau dipangkas dari proyeksi sebelumnya sebesar 8,2%.
Namun, di tengah pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi China oleh Goldman Sachs dan Nomura, pasar saham China dan Hong Kong malah berhasil bertahan di zona hijau, bahkan berhasil melesat.
Indeks Hang Seng berhasil melesat lebih dari 1%, didorong oleh kenaikan harga saham sektor properti dan teknologi, serta sektor energi karena harga komoditas dasar yang terpantau melonjak pada hari ini.
Indeks Properti Hang Seng melesat 2,8%, sedangkan Indeks Properti Daratan Hang Seng meroket hingga 6,4% pada hari ini.
Sementara Indeks Hang Seng Tech melesat 2,1%, dengan saham raksasa e-commerce, Alibaba Group memimpin penguatan saham sektor teknologi, yakni terbang 6,3%, setelah Alibaba sudah memulai menawarkan layanan pembayaran dari WeChat Tencent Holdings Ltd di sejumlah aplikasinya.
Di lain sisi, bank sentral China berjanji akan melindungi konsumen yang terdampak dari pasar properti pada pekan lalu dan menyuntikkan lebih banyak dana ke dalam sistem perbankan.
Sementara itu, pemerintah kota Shenzhen mulai menyelidiki unit manajemen kekayaan dari Evergrande, di mana pihak berwenang dapat bergerak untuk menahan risiko penularan. Saham Evergrande sendiri berhasil rebound dan melonjak 4,7%.
Sementara itu dari AS, kontrak berjangka (futures) indeks saham AS cenderung stabil pada perdagangan hari ini, menyusul lonjakan yield surat utang pemerintah AS yang menekan pertumbuhan di pasar.
Kemarin, yield Treasury AS bertenor 10 tahun melesat hingga sempat menyetuh level 1,5%. Kenaikan tajam tersebut membuat saham-saham sektor finansial AS menguat, tetapi yang lainnya mengalami tekanan.
Investor di AS juga memantau kemajuan penyelesaian pemasukan AS yang sudah tiris, dan harus diizinkan menaikkan tingkat utang jika tak ingin layanan publik terhenti (shutdown) karena tak ada sumber dana pembayaran gaji mereka.
Ketua DPR AS, Nancy Pelosi pada Minggu (26/9/2021) mengatakan bahwa proposal infrastruktur bipartisan (disponsori kedua partai di AS) senilai US$ 1 triliun bakal disahkan pekan ini. Kongres harus meloloskan anggaran tambahan akhir September untuk menghindari shutdown.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
