Konsisten di Zona Hijau, IHSG Berakhir Menguat 0,4% di Sesi 1
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten bergerak di zona hijau pada perdagangan sesi pertama Kamis (23/9/2021), mengikuti tren penguatan di bursa global menyusul munculnya titik terang persoalan Evergrande di China.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.134,315 atau lompat 26 poin (+0,43%) pada penutupan siang. Dibuka menguat 0,15% ke 6.117,643, indeks acuan utama bursa ini meninggalkan level terendah hariannya pada sesi pembukaan tersebut.
Selanjutnya, IHSG terus melesat hingga menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.141,484 yang dicetak pukul 09:30 WIB. Mayoritas saham menghijau, yakni sebanyak 268 unit, sedangkan 219 lain melemah, dan 165 sisanya flat.
Nilai perdagangan masih lumayan tinggi di kisaran Rp 7,8 triliun yang melibatkan 16 miliaran saham yang berpindah tangan 948.000-an kali. Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) nyaris setengah triliun, tepatnya Rp 481,4 miliar.
Saham yang mereka buru terutama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 385,1 miliar dan Rp 92,9 miliar. Keduanya melesat sebesar 3,3% dan 4,7% ke Rp 3.730 dan Rp 890/unit.
Sebaliknya, aksi jual menimpa saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 35,5 miliar dan Rp 15,3 miliar. Kedua saham tersebut melemah, masing-masing sebesar 0,5% dan 0,95% ke Rp 5.125/saham dan Rp 5.225/saham.
Dari sisi nilai transaksi, BBRI masih meraja dengan total nilai perdagangan Rp 895,4 miliar diikuti PT Bank Jago Tbk (ARTO) senilai Rp 554,5 miliar dan BUKA senilai Rp 351,7 miliar.
Reli terjadi mengikuti tren global di mana Wall Street dan bursa Asia pagi ini bergerak di zona hijau, setelah bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 0-0,25%.
The Fed juga menyatakan bahwa tapering (pengurangan suntikan likuiditas ke pasar) dapat dilakukan pada pertengahan tahun 2022, sehingga menghapus kekhawatiran yang sebelumnya muncul bahwa kebijakan tersebut bakal dipercepat dan memicu gejolak pasar (taper tantrum).
Sementara itu dari proyeksi pertumbuhan ekonomi AS atau dot plot, pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini menjadi 5,9% menunjukkan bahwa The Fed kemungkinan bakal mempertahankan kebijakan moneter ekstra longgar lebih lama.
Dari China, krisis likuiditas Evergrande menunjukkan titik terang setelah pihak manajemen secara resmi menyatakan akan membayar kewajibannya tepat waktu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)