Pasar Menanti Rapat BI dan The Fed, Yield SBN Kembali Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 20/09/2021 18:43 WIB
Foto: Chief Executive Hong Kong Carrie Lam berbicara pada upacara pembukaan Bond Connect di Hong Kong Exchanges di Hong Kong, China 3 Juli 2017. REUTERS / Bobby Yip

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (20/9/2021) awal pekan ini, di tengah turunnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun, jelang rapat bank sentral AS pada pekan ini.

Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN. Hanya SBN bertenor 3 tahun yang masih dikoleksi oleh investor dan mengalami pelemahan yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun turun 2,4 basis poin (bp) ke level 3,887% pada perdagangan hari ini. Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 1,4 bp ke level 6,177% pada hari ini.


Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Menguatnya yield SBN pada hari ini terjadi di tengah jatuhnya pasar saham Asia pada hari ini, karena investor masih khawatir dengan dampak dari gagal bayar (default) utang dari perusahaan raksasa properti China, China Evergrande Group.

Namun, investor di obligasi cenderung mengabaikan kondisi pasar saham hari ini dan kembali melepas kepemilikannya di SBN.

Investor obligasi pemerintah RI kini sedang menanti Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada Selasa (21/9/2021) besok mengenai kebijakan moneter sebulan ke depan. Polling Reuters memperkirakan suku bunga acuan nasional (BI 7-Day Reverse Repo Rate) bakal dipertahankan di level 3,5%.

Di lain sisi, menguatnya yield SBN pada hari ini cenderung berbanding terbalik dengan pergerakan yield surat utang pemerintah AS (Treasury) yang bergerak melemah pada perdagangan pagi waktu setempat.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun terpantau melemah 3,9 bp ke level 1,331% pada pukul 07:03 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Jumat (17/9/2021) pekan lalu di level 1,37%.

Melemahnya yield Treasury terjadi karena investor sedang bersikap hati-hati jelang rapat para kolega bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan dilaksanakan pada Kamis (23/9/2021) waktu setempat.

Investor jug akan menanti pidato terbaru dari Ketua The Fed, Jerome Powell pada rapat FOMC Kamis mendatang. Powell sebelumnya mengatakan bahwa The Fed dapat memulai mengurangi stimulus moneter sebelum akhir tahun dan investor akan mencari petunjuk tentang proses pengurangan pembelian obligasi atau tapering.

Di lain sisi, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen pada Minggu (19/9/2021) kemarin meminta kepada Kongres untuk menaikkan pagu utang federal. Dalam sebuah artikel opini di Wall Street Journal, Yellen mengatakan bahwa kegagalan menaikkan plafon utang dapat memicu krisis keuangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas