Sempat Melejit di Awal, IHSG Bertahan Tipis di Zona Hijau
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan sesi pertama Kamis (16/9/2021) di tengah tekanan yang menimpa bursa regional.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.111,787 atau menguat hanya 1,6 poin (+0,03%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,33% ke 6.126,555, indeks acuan utama bursa ini menyentuh level tertinggi hariannya di 6.137,669 tepat pukul 09:00 WIB.
Namun selepas itu, IHSG tertekan hingga sempat mencicipi zona merah dan menyentuh level terendahnya pada 6.103,524 pada pukul !0;10 WIB. Sebanyak 234 saham melemah, 233 lainnya menguat, dan 183 sisanya flat.
Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) signifikan, senilai Rp 161,55 miliar, dari total nilai transaksi harian Rp 6,5 triliun atas 17 miliaran saham yang berpindah tangan 913 ribuan kali.
Saham unggulan yang mereka buru terutama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai pembelian bersih Rp 75,9 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 34,3 miliar. Saham BBRI melemah 0,55% (20 poin) menjadi Rp 3.640/saham, sementara BBCA flat di Rp 32.475/unit.
Sebaliknya, aksi jual asing mendera saham PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan nilai penjualan masing-masing sebesar Rp 13,2 miliar dan Rp 8,7 miliar. Saham BFIN drop 1,4% menjadi Rp 1.085, sedangkan BBNI drop 1,4% ke Rp 5.275/unit.
Saham BBRI memimpin dari sisi total transaksi dengan nilai perdagangan Rp 504,3 miliar, diikuti saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang menguat 0,85% menjadi Rp 14.825/saham. Saham PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menyusul dengan total transaksi Rp 216,4 miliar.
Reli yang terjadi pada pagi tersebut cenderung surut pada siang hari mengikuti aroma tekanan yang masih menguar di bursa China. Indeks Shenzen anjlok 1,26% sedangkan Hang Seng Hongkong melemah nyaris 2%. Indeks Nikkei Jepang juga terkoreksi 0,5%.
Data buruk dari Amerika Serikat (AS) menerpa sentimen pasar di kawasan Asia. Negeri Sam tersebut melaporkan pengeluaran konsumen pada Agustus 2021 yang hanya naik 2,5% secara tahunan atau jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters sebesar 7%.
Hal ini mengindikasikan bahwa ekonomi Negara Adidaya tersebut belum pulih benar di tengah penyebaran virus Covid-19 varian delta yang memicu pengetatan aktivitas ekonomi di banyak negara bagian AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)