Investor Kembali Lepas Obligasi, Harga Mayoritas SBN Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 September 2021 18:59
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (13/9/2021) awal pekan ini, di tengah turunnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi hari waktu setempat.

Mayoritas investor kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 3 dan 5 tahun yang masih ramai dikoleksi oleh investor dan mengalami pelemahan yield.

Yield SBN bertenor 3 tahun turun sebesar 1,3 basis poin (bp) ke level 3,924%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 5 tahun melemah 1,1 bp ke level 4,861%. Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan negara kembali menguat 0,7 bp ke 6,162% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Meskipun selera risiko investor global masih rendah, terlihat dari pelemahan pasar saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat pekan lalu dan pasar saham Asia serta pasar kripto pada hari ini, namun hal itu tak membuat investor beralih ke pasar obligasi pemerintah RI. Investor cenderung beralih ke pasar obligasi pemerintah AS.

Pada pagi hari waktu AS, yield surat utang acuan pemerintah AS (Treasury) terpantau melemah, setelah investor merespons rilis data inflasi AS dari sisi indeks harga produsen (producer price index/PPI) periode Agustus 2021 pada Jumat pekan lalu.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun terpantau melemah sebesar 1,2 bp ke level 1,329% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Jumat (10/9/2021) pekan lalu di level 1,341%.

Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan, PPI pada Agustus 2021 mencapai 8,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,2% sekaligus menjadi laju tercepat sejak November 2010.

Data inflasi ini kian menegaskan keyakinan pasar bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bisa saja melakukan pengetatan kebijakan atau tapering off pada tahun ini. Tapering akan dimulai dengan mengurangi pembelian surat berharga (quantitative easing/QE) dan puncaknya adalah menaikkan suku bunga acuan.

Namun, investor masih akan memantau data inflasi AS lainnya, yakni dari sisi indeks harga konsumen (IHK) periode Agustus 2021. Data IHK Negeri Paman Sam akan dirilis pada Selasa (14/9/2021) besok pukul 08:30 waktu AS atau pukul 19:30 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular