
Akhir Pekan Investor Serbu Obligasi, Yield Mayoritas SBN Drop

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan Jumat (10/9/2021), di tengah naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), setelah data klaim pengangguran mingguan turun ke level terendah di era pandemi virus corona (Covid-19).
Mayoritas investor mulai kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 1, 20, dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor dan mengalami penguatan yield.
Yield SBN bertenor 1 tahun naik sebesar 3,9 basis poin (bp) ke level 3,26%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun naik tipis 0,2 bp ke level 6,892%, dan yield SBN dengan jangka waktu 25 tahun menguat 0,8 bp ke level 7,186%. Sementara, yield SBN bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar berbalik melemah 3,6 bp ke level 6,155% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Meskipun pada hari ini sentimen yang hadir di pasar keuangan global dan dalam negeri cenderung positif, tetapi investor di pasar obligasi pemerintah kembali mengabaikan sentimen positif yang hadir dan kembali memburu SBN jelang akhir pekan ini.
Pergerakan yield SBN pada hari ini kembali cenderung berbanding terbalik dengan pergerakan yield surat utang pemerintah acuan AS (Treasury) yang tercatat menguat pada perdagangan pagi hari ini waktu AS. Kenaikan yield Treasury terjadi setelah data klaim pengangguran mingguan turun ke level terendah di era pandemi virus corona (Covid-19).
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun terpantau menguat sebesar 2,2 bp ke level 1,322% pada pukul 07:14 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Kamis (9/9/2021) kemarin di level 1,32%.
Departemen Ketenagakerjaan melaporkan klaim tunjangan pengangguran mingguan per pekan lalu dilaporkan hanya sebesar 310.000, atau lebih baik dari polling Dow Jones yang mengekspektasikan angka 335.000 orang. Capaian itu melanjutkan perbaikan yang dicetak pekan sebelumnya sebanyak 340.000 klaim.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menggelar rapat pada 21-22 September, yang memicu investor berspekulasi akan ada pengumuman mengenai langkah pengurangan pembelian surat utang di pasar (tapering), yang selama ini dijalankan dengan nilai US$ 120 miliar per bulan.
Dalam "Beige Book", laporan hasil survei aktivitas bisnis di AS, The Fed menyatakan pelaku bisnis tengah menghadapi kenaikan inflasi yang kian intensif akibat keterbatasan pasokan barang dan akan memicu kenaikan harga di tingkat konsumen pada area tertentu.
The Fed juga melaporkan bahwa pertumbuhan secara umum telah "sedikit tertekan ke level moderat" di tengah kekhawatiran mengenai penyebaran virus Covid-19 varian delta selama Juli- Agustus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi