
Cadev RI Melonjak, Yield Mayoritas SBN Kembali Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (7/9/2021), setelah Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa periode Agustus yang dilaporkan melonjak cukup signifikan.
Mayoritas investor kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 15, 20, dan 30 thaun yang masih ramai diburu oleh investor dan mengalami pelemahan yield-nya.
Yield SBN bertenor 15 tahun turun sebesar 0,3 basis poin (bp) ke level 6,296%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun juga turun tipis 0,1 bp ke level 6,859%, dan yield SBN dengan jangka waktu 30 tahun melemah 0,4 bp ke level 6,803%.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan negara kembali menguat 2,3 bp ke level 6,116% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa (cadev) periode Agustus 2021 melonjak sebesar US$ 7,5 miliar, menjadi US$ 144,8 miliar. Angka ini merupakan level tertinggi sepanjang sejarah di republik ini.
Lonjakan cadev tersebut mengonfirmasi dugaan bahwa kondisi likuiditas global masih berlimpah, yang membuat investor asing kian nyaman untuk belanja saham, karena yakin bahwa investor asing akan masuk dan membantu dari sisi permintaan (demand).
Sementara itu dari Asia, ekspor China dilaporkan melompat 25,6% secara tahunan per Agustus, atau melampaui ekspektasi analis dalam polling Reuters yang berujung pada angka prediksi kenaikan sebesar 17,1%.
Dua data dari dalam negeri dan China yang tercatat positif tersebut menjadi alasan investor di pasar obligasi pemerintah RI kembali melepas kepemilikannya di aset aman (safe haven) tersebut hari ini.
Pergerakan yield SBN juga cenderung mengikuti pergerakan yield surat utang acuan pemerintah Amerika Serikat (AS), Treasury yang terpantau menguat pada pagi hari waktu setempat, setelah sehari sebelumnya tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Buruh.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury benchmark bertenor 10 tahun terpantau menguat sebesar 4,3 bp ke level 1,365% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Jumat (3/9/2021) pekan lalu di level 1,322%.
Kenaikan yield Treasury pada hari Selasa terjadi meskipun data penggajian non-pertanian (non-farm payrolls/NFP) periode Agustus yang dirilis pada Jumat pekan lalu jauh dari ekspektasi.
Slip gaji baru per Agustus hanya bertambah 235.000, atau jauh dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones di angka 720.000. Angka tersebut juga terpaut jauh dari capaian Juli yang mencapai 1,05 juta slip gaji. Pemicunya adalah penyebaran virus varian delta yang menekan optimisme pelaku usaha sehingga mereka mengurangi aktivitas bisnisnya.
Akibatnya, pasar pun bertaruh bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tak akan terburu-buru melancarkan tapering (pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder) pada tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi