Pabrik Semen 'Nangis Darah' Gegara Harga Batu Bara Lompat!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Selasa, 07/09/2021 12:20 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga batu bara dapat mengganggu industri manufaktur termasuk semen yang banyak bergantung dengan energi ini. Lonjakan harga batu bara hingga US$ 160 per ton ini membuat industri semen kian tertekan di tengah kondisi over kapasitas produksi.

Direktur Utama PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR), Jobi Triananda Hasjim, mengatakan harga batu bara mengacu pada perdagangan internasional sudah cukup tinggi.

"Harganya sudah cukup tinggi, kalau mengacu pada pasar internasional, tapi karena SMBR di Sumatera Bagian Selatan yang juga banyak pasokan batu bara-nya, kita membeli dengan pemasok seperti PT Bukit Asam, dan pemasok lokal swasta, yang tidak floating harganya, tidak mengikuti harga batu bara dunia," kata Jobi usai Publik Expose Virtual, Selasa (7/9/2021).


Hal ini membuat perseroan dapat mencampur batu bara yang dibutuhkan dengan standar harga patokan global dan lokal. Sehingga biaya produksi bisa lebih efisien.

"Jadi kita bisa blending pasokan PTBA dan non PTBA," jelasnya.

Menurut Jobi spesifikasi batu bara yang digunakan oleh SMBR dengan GAR atau nilai kalori mencapai 4.500, yang masuk dalam kategori kalori rendah. Dengan kebutuhan pada tahun ini mencapai 250 ribu ton, yang digunakan untuk sumber energi dan pembakaran.

Jika peningkatan harga batu bara ini terus berlanjut, tentu akan berdampak pada peningkatan biaya produksi industri semen. Dia berharap harga batu bara tidak terus melanjutkan kenaikan.

"Batu bara ini signifikan sebagai bahan bakar diharapkan harganya kembali normal, jika terjadi kenaikan yang signifikan akan mengganggu operasi kita," katanya.

Namun kondisi keuangan SMBR pada semester I masih positif. Dimana perseroan membukukan laba mencapai Rp 2,6 miliar dibandingkan semester I tahun sebelumnya rugi, Rp 137,6 miliar. Laba ini juga didorong dengan efisiensi biaya produksi yang turun 16% biaya per ton.

Sebelumnya, Kementerian ESDM mengeluarkan keterangan resmi mengenai Harga Batu Bara Acuan (HBA) September 2021, tercatat mencapai US$ 150,03 per ton, naik 19,04 per ton dibandingkan HBA Agustus 2021 sebesar US$ 130,99 per ton.

Kementerian Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, lonjakan HBA ini dipicu naiknya kebutuhan batu bara di China khususnya untuk pembangkit listrik, yang melampaui pasokan batu bara domestiknya.

"Ini adalah angka yang cukup fenomenal dalam dekade terakhir," jelasnya.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prospek Emiten Semen di Tengah Kondisi Serba Menatang