Bursa Asia Tak Kompak Pagi Ini, Nikkei Melenggang ke Atas

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 September 2021 08:44
People walk by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Tuesday, Dec. 3, 2019. Asian shares slipped Tuesday, following a drop on Wall Street amid pessimism over U.S.-China trade tensions. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kembali dibuka beragam pada perdagangan Selasa (7/9/2021), jelang rilis beberapa data ekonomi China pada periode Agustus 2021.

Indeks Nikkei Jepang kembali dibuka melesat 0,85%, dan Hang Seng Hong Kong dibuka naik tipis 0,05% pada pagi hari ini.

Sementara untuk indeks Shanghai Composite China, Straits Times Singapura dan KOSPI Korea Selatan tercatat dibuka melemah dengan persentase yang sama, yakni melemah 0,17%.

Indeks Nikkei Jepang masih melesat karena adanya sentimen positif yang didukung oleh prospek banyaknya stimulus, di mana hal itu telah diminta oleh calon perdana menteri Jepang baru, Fumio Kishida.

Fokus utama investor di Asia hari ini tertuju pada rilis beberapa data ekonomi China periode Agustus, yakni data neraca perdagangan yang akan dirilis pada pukul 11:00 waktu setempat atau pukul 10:00 WIB.

Investor di Asia lebih memfokuskan ke China karena pasar saham Amerika Serikat (AS) tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Buruh pada Senin (6/9/2021) waktu setempat.

Walaupun pasar saham AS sedang libur dan sentimen cenderung sepi, namun sentimen dari data ketenagakerjaan AS yang dirilis pada Jumat (3/9/2021) pekan lalu juga masih perlu dicermati oleh pelaku pasar.

Kondisi perburuhan di Negara Adidaya tersebut masih tertekan oleh pandemi virus corona (Covid-19) yang mengindikasikan pemulihan masih jauh di depan mata.

Slip gaji baru per Agustus tercatat hanya bertambah 235.000, atau jauh dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 720.000. Angka tersebut juga terpaut jauh dari capaian Juli yang mencapai 1,05 juta slip gaji.

Pemicunya adalah penyebaran kembali varian delta yang membuat optimisme pelaku usaha kembali tertekan, dan mengurangi aktivitas bisnisnya. Pasar pun akan memantau kembali data klaim tunjangan pengangguran mingguan yang akan dirilis Kamis pekan ini.

Data penggajian dan klaim tunjangan pengangguran menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mempercepat atau memperlambat kebijakan tapering (pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder) yang telah disebutkan akan dilakukan tahun ini.

"Mundurnya pemulihan pasar tenaga kerja dan lompatan infeksi Covid-19 yang serius akan mendorong Komite Pasar Terbuka Federal [Federal Open Market Committee/FOMC] menunggu sebelum mereka mengumumkan pengurangan pembelian aset bulanannya," tutur analis Commonwealth Bank of Australia dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Bank asal Australia tersebut memperkirakan bank sentral terkuat di dunia (The Fed) akan mengumumkan pengurangan pembelian obligasi bulanannya pada rapat 3 November nanti. Nilain pengurangannya sebesar US$ 10 miliar (dari nilai sekarang US$ 120 miliar/bulan).

Di lain sisi, harga minyak mentah acuan dunia terpantau melemah pada pagi hari waktu Asia. Harga minyak mentah jenis Brent cenderung stagnan di level US$72,19/barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,65% ke level US$ 68,84/barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular