Emiten Menara Sandi Uno Bukukan Cetak Laba Rp 664 M

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
03 September 2021 12:05
Transaksi Jumbo Pada Saham TBIG (CNBC Indonesia TV)
Foto: Transaksi Jumbo Pada Saham TBIG (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten menara telekomunikasi milik Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), membukukan perolehan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 663,26 miliar pada semester pertama tahun ini.

Kenaikan ini terutama ditopang oleh kenaikan pendapatan dari penyewa pihak ketiga.

Perolehan laba bersih tersebut meningkat 29,92% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 510,48 miliar. Kenaikan laba bersih tersebut juga meningkatkan nilai laba bersih per saham dasar perseroan menjadi Rp 31,79 per saham dari sebelumnya Rp 24,47 per saham.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, pada semester pertama tahun ini, TBIG mencatatkan kenaikan 16% menjadi Rp 2,97 triliun dari sebelumnya Rp 2,57 triliun.

Rinciannya, pendapatan pelanggan dari pihak ketiga dari Telkomsel masih memberi andil terbesar Rp 1,08 triliun dari tahun sebelumnya Rp 1,02 triliun.

Selanjutnya, PT Indosat Tbk sebesar Rp 641,45 miliar, naik dari Rp 550,87 miliar, PT XL Axiata Rp 479,19 miliar naik dari Rp sebelumnya Rp 442,29 miliar. Lainnya dari PT Hutchison 3 Indonesia dan PT Smartfren Telecom Tbk yang juga mencatatkan kenaikan masing-masing Rp 453,66 miliar dan Rp 288,61 miliar.

TBIG memiliki 37.232 penyewaan dan 19.709 sites telekomunikasi per 30 Juni 2021. Sites telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 19.598 menara telekomunikasi dan 111 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 37.121, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,89x.

Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG mengatakan, pada enam bulan pertama 2021, perseroan telah menambahkan 3.465 sites telekomunikasi dan 2.180 kolokasi ke dalam portofolio TBIG. Perusahaan juga telah menyelesaikan pembelian 3.000 menara dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) awal April lalu.

"Penambahan menara IBST telah menyebabkan penurunan rasio kolokasi kami dari 1,98x di kuartal pertama menjadi 1,89x di akhir kuartal kedua. Seiring dengan pelanggan telekomunikasi kami terus memperkuat dan memperluas jaringan mereka, kami memperkirakan adanya peningkatan permintaan untuk kolokasi," katanya, Jumat (3/9/2021), dalam keterangan resmi.

Per 30 Juni 2021, perseroan tercatat memiliki total pinjaman kotor (gross debt) yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya sebesar Rp 26,81 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 11,44 triliun.

Adapun, saldo kas mencapai Rp 894 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 25,91 triliun,dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp 10,55 triliun. Menggunakan EBITDA kuartal kedua 2021 yang disetahunkan, rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 1,9x dan pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,8x.

Rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan meningkat dari 4,4x menjadi 4,8x pada kuartal kedua tahun 2021. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penyelesaian akuisisi 3.000 menara IBST.

"Berbagai debt refinancing yang kami lakukan selama semester pertama tahun 2021 telah memperpanjang profil jatuh tempo utang perseroan dan mengurangi biaya pembiayaan," ungkap Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gokil! Telkom Cetak Laba Rp 12,45 T di Semester I-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular