Ada Rights Issue, Peluang Beli Saham BBRI di Harga Murah
Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi korporasi rights issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebagai bagian dari pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro sudah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2021. Perusahaan juga sudah menentukan harga rights issue yakni Rp 3.400/unit.
Artinya harga ini lebih 'murah' dibandingkan harga saham BRI pada pembukaan perdagangan Rabu (1/9/2021) yakni Rp 3.930/saham. Harga rights issue ini pun masih di bawah harga saham BRI pada penutupan perdagangan Selasa kemarin (31/8), di Rp 3.930/saham.
Dalam sebulan terakhir pun saham BBRI naik 5,08% dan year to date turun 5,76% dengan kapitalisasi pasar Rp 485 triliun, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dengan harga yang lebih murah ini, maka bisa memberikan keuntungan bagi mereka yang sudah memegang saham BBRI atau investor lama. Dengan begitu, bagi investor lama yang ingin menambah pembelian saham pada perusahaan tersebut akan memperoleh peluang untuk memperoleh harga saham yang lebih murah ketimbang yang mereka beli di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Investor hanya perlu membeli sesuai harga pelaksanaan yang telah ditetapkan. Selain itu, hak yang diberikan kepada investor lama untuk membeli saham baru dengan rasio tertentu sebelum saham baru tersebut ditawarkan ke investor lain.
Selain itu, investor dengan kepemilikan kurang dari 1 miliar saham pun tidak perlu khawatir, karena tetap mendapatkan kesempatan membeli saham rights issue ini. Setiap pemegang saham yang memiliki kurang dari 1 miliar saham bisa mendapatkan HMETD sesuai dengan porsi rasio HMETD. Namun, setiap HMETD yang dalam bentuk pecahan akan dibulatkan ke bawah (round down)
Ilustrasinya bila anda memiliki 10 lot atau 1.000 saham BBRI, maka anda akan mendapatkan 230,12 HMETD. Namun, karena pembulatan maka HMETD yang diterima hanya 230 unit atau 2 lot ditambah 30 unit atau odd lot.
Rencana rights issue sudah efektif dan disetujui oleh pemegang saham perseroan dan dikeluarkannya pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan pada 30 Agustus 2021 kemarin. BRI yang menggelar Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) atau rights issue dengan menerbitkan 28.677.086.000 saham ini memiliki target keseluruhan dana yang dihimpun sebanyak Rp 95,92 triliun.
Setelah anda mendapatkan HMETD, bisa dieksekusi menjadi saham baru BRI dengan biaya Rp 3.400. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan harga saham BBRI yang terus bergerak di kisaran Rp 3.800-4.100 dalam beberapa pekan terakhir. Masa eksekusi HMETD adalah 13-22 September.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan aksi korporasi ini ditempuh dengan menambah portofolio perusahaan anak yang selama ini bergerak dan berkinerja baik di segmen usaha ultra mikro yaitu Pegadaian dan PNM. Dengan peluang pertumbuhan yang ada dari terbentuknya Holding Ultra Mikro, BRI pun menjanjikan deviden 50%.
"Nanti dapat peluang pertumbuhan seperti itu, pasti revenue-nya kan ikut naik, income-nya ikut naik. Kemudian kita menjanjikan akan jaga dividen payout ratio kita tidak kurang dari 50%. Jadi pilihannya ambil dengan prospek seperti tadi, atau tidak ambil tapi terdilusi," kata Sunarso, Selasa (31/08/2021).
Untuk itu, Sunarso berharap agar minority shareholder dapat menunaikan haknya dalam aksi rights issue tersebut karena prospeknya sangat baik. Dia merinci proyeksi bisnis perseroan, jika rights issue terserap optimal maka 5 tahun ke depan pertumbuhan kredit dalam ekosistem usaha UMi akan tumbuh rata-rata 14% per tahun.
Namun jika investor publik mengeksekusi rights-nya hanya 50% saja pertumbuhan kredit perseroan rata-rata 10,7% per tahun untuk 5 tahun ke depan. Manajemen BRI pun menjanjikan akan menjaga dividen payout ratio tidak kurang dari 50%. Jika tidak diambil, maka saham akan terdilusi sekitar 18%.
Aksi korporasi ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan inklusi keuangan nasional. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan inklusi keuangan di Indonesia baru mencapai 76,6% pada akhir 2019. Di sisi lain, sesuai arahan Presiden Joko Widodo pemerintah menargetkan inkluasi keuangan nasional naik menjadi 90% pada 2024.
Ekosistem usaha ultra mikro yang kuat bertujuan untuk memberikan akses layanan keuangan yang lebih luas dan lebih mudah kepada segmen usaha ultra mikro di Indonesia. Sunarso memaparkan, melalui holding bisnis model BRI, Pegadaian dan PNM akan saling melengkapi untuk memberikan layanan keuangan yang terintegrasi.
(rah/rah)