
Bursa Asia Kurang Pagi Ini, Hang Seng-KOSPI Dibuka Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dibuka beragam pada perdagangan Rabu (1/9/2021), jelang rilis data aktivitas manufaktur China versi Caixin/Markit pada periode Agustus yang akan dirilis pada pagi hari ini.
Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,34%, Shanghai Composite China naik tipis 0,08%, dan Straits Times Singapura tumbuh 0,16%.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan KOSPI Korea Selatan dibuka melemah pada pagi hari ini. Indeks Hang Seng dibuka melemah 0,26% dan KOSPI turun 0,19%.
Data aktivitas manufaktur China yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) periode Agustus versi Caixin/Markit akan dirilis pada pukul 09:45 waktu setempat atau pukul 08:45 WIB.
Sebelumnya pada Selasa (31/8/2021) kemarin, PMI manufaktur China periode Agustus versi NBS menunjukkan perlambatan menjadi 50,1, dari sebelumnya pada periode Juli di 50,4.
NBS juga melaporkan data PMI Jasa China periode Agustus juga mengalami kontraksi ke bawah level 50, atau lebih tepatnya di level 47,5, dari sebelumnya pada periode Juli 2021 di level 53,3.
Kontraksi sektor jasa di China pada Agustus merupakan kontraksi pertama sejak Negeri Tirai Bambu dihantam pandemi awal tahun 2020 silam.
Angka di atas 50 dalam indeks PMI menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah itu menunjukkan kontraksi.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (31/8/2021) waktu setempat atau dini hari tadi waktu Indonesia.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,11% ke level 35.360,73, S&P 500 terpangkas 0,14% ke 4.522,59, dan Nasdaq Composite ditutup turun tipis 0,04% ke posisi 15.259,24.
Beberapa hari sebelumnya, indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite berhasil mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah. Namun sejatinya, koreksi yang terjadi di Wall Street pada dini hari tadi adalah hal yang wajar mengingat Wall Street cenderung reli terus menerus.
Harga suatu aset tidak akan bisa terus menerus naik. Itu adalah hal yang mustahil meskipun di tengah uptrend jangka panjangnya.
Suatu saham yang sudah reli panjang membutuhkan jeda koreksi untuk kembali menyehatkan valuasinya serta membuat investor dan pelaku pasar untuk bersikap lebih rasional.
Selain karena sudah menanjak terus, faktor lain yang membuat Wall Street mengalami koreksi adalah rilis data perekonomian yang lebih rendah dari perkiraan.
Indeks Barometer Bisnis Chicago yang mengukur aktivitas manufaktur drop ke level 66,8 di bulan Agustus 2021 pasca menyentuh level 73,4 bulan lalu.
Penurunan indeks acuan Wall Street juga merespons rilis data perekonomian global terutama China dan Uni Eropa.
Dari Eropa, Indeks Harga Konsumen (IHK) Zona Euro tercatat mengalami kenaikan sebesar 3% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Agustus 2021 berdasarkan pembacaan awal atau mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,2% YoY.
Inflasi di Zona Euro kini berada di level tertingginya dalam satu dekade. Hal ini membuat pasar mulai mengantisipasi akan adanya kemungkinan bahwa bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) akan mulai mengendorkan program stimulus pembelian asetnya mengikuti jejak bank sentral AS yang sudah lebih dahulu mensinyalkan adanya tapering akhir tahun ini.
Kini pelaku pasar global tengah menanti rilis data ekonomi penting yang akan dipublikasikan Jumat ini yaitu laporan ketenagakerjaan.
Berdasarkan survei yang dihimpun oleh Dow Jones, ekonom memperkirakan akan ada penciptaan lapangan kerja sebanyak 750.000, sehingga membuat tingkat pengangguran berpeluang turun ke level 5,2%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
