
Imbas Pandemi, Garuda Indonesia Rugi Hampir Rp 13 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda indonesia Tbk (GIAA), membukukan kerugian bersih yang diatrbusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 898,65 juta atau setara Rp 12,85 triliun pada semester pertama tahun ini dengan asumsi kurs Rp 14.300 per US$.
Kerugian tersebut lebih dalam 26,08% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar US$ 712,72 juta atau sekitar Rp 10,19 triliun.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, pembatasan sosial seiring berlakunya PPKM membuat pendapatan usaha Garuda turun signifikan menjadi US$ 696,80 juta (Rp 9,94 triliun) dari tahun sebelumnya US$ 917,28 juta (Rp 13,11 triliun).
Rinciannya, pendapatan usaha di segmen penerbangan berjadwal turun sebesar 25,82% menjadi US$ 556,53 juta (Rp 7,95 triliun) dari sebelumnya US$ 750,25 juta (Rp 10,72 triliun).
Namun, penerbangan tidak berjadwal mengalami peningkatan menjadi US$ 41,63 juta dari sebelumnya US$ 21,54 juta. Sementara, pendapatan lainnya tercatat US$98,63 juta, turun dari tahun sebelumnya sebesar US$145,47 juta.
Selama periode enam bulan pertama ini, emiten bersandi GIAA ini mencatatkan penurunan beban usaha menjadi US$ 1,38 miliar dari sebelumnya US$ 1,64 miliar. Pos beban operasional penerbangan masih memberi andil terbesar dengan penurunan menjadi US$ 769,35 juta dari sebelumnya US$ 945,58 juta.
Namun, beban pemeliharaan dan perbaikan naik menjadi US$ 313,53 juta dari tahun lalu US$ 224,42 juta.
Sampai dengan 30 Juni 2021, Garuda tercatat memiliki aset sebesar US$ 10,11 miliar atau sekitar Rp 144,57 triliun yang terdiri dari liabilitas US$ 12,96 miliar dengan ekuitas minus US$ 2,84 miliar.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara To The Moon Taipan Makin Cuan