Sikap Investor Beragam, Yield SBN Ditutup Bervariasi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (30/8/2021), di tengah optimisme pasar setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak memperketat kebijakan suku bunganya, meski pengurangan pembelian obligasi (tapering) tetap dilakukan tahun ini.
Sikap investor cenderung beragam di pasar SBN pada hari ini, ditandai juga dengan bervariasinya pergerakan harga dan imbal hasilnya (yield).
SBN bertenor 1, 5, 20, dan 30 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan pelemahan harga dan penguatan yield-nya. Sedangkan sisanya yakni SBN berjatuh tempo 3, 10, 15, dan 25 tahun ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penguatan harga dan pelemahan yield.
Dari list SBN yang mengalami penguatan yield, SBN bertenor 1 tahun menjadi yang paling terbesar kenaikannya, yakni sebesar 4,4 basis poin (bp) ke level 3,108%. Sedangkan dari list SBN yang mengalami pelemahan yield, SBN berjatuh tempo 3 tahun menjadi yang paling terbesar penurunannya, yakni sebesar 3,3 bp ke level 3,968%.
Sementara itu, yield SBN acuan pemerintah bertenor 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan negara kembali turun sebesar 2,5 bp ke level 6,141% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sikap investor di pasar obligasi pemerintah RI kembali beragam di tengah sikap optimis pelaku pasar global setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak akan menaikan suku bunganya pada tahun ini, namun program pengurangan pembelian obligasi (tapering) tetap dilakukan tahun ini.
Dalam sambutannya di ajang Jackson Hole, simposium tahunan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dihadiri pejabat bank sentral dari seluruh dunia, Ketua The Fed, Jerome Powell menyatakan bahwa pembelian obligasi bulanan-senilai US$ 120 miliar yang selama ini dijalankan-akan dikurangi sebelum tahun baru.
Namun, dia menegaskan bahwa kebijakan tapering tersebut bakal dijalankan terpisah atau tidak bersamaan dengan kebijakan penaikan suku bunga acuan. Menurut dia, perlu lebih banyak tes sebelum kebijakan penaikan suku bunga dijalankan dan dia tidak melihatnya bakal terlaksana tahun ini. Pasar pun yakin tidak akan ada taper tantrum dalam waktu dekat.
Di lain sisi dari dalam negeri, investor masih menanti pengumuman dari pemerintah terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3-4 di Jawa dan Bali yang seharusnya berakhir pada hari ini.
Alhasil, pelaku pasar di SBN cenderung bersikap wait and see, menanti apakah PPKM di Jawa dan Bali akan diperpanjang atau akan diperlonggar di banyak daerah, mengingat kasus aktif virus corona (Covid-19) terus melandai, terutama di Jawa dan Bali.
Di tengah pergerakan yield SBN yang beragam pada hari ini, yield surat utang acuan pemerintah AS malah cenderung melemah pada pra-pembukaan (pre-opening) perdagangan hari ini.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun terpantau melemah 0,8 bp ke level 1,304% pada pukul 07:05 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Jumat (27/8/2021) pekan lalu di level 1,312%.
Data tenaga kerja AS menjadi fokus investor pada hari ini, di mana Departemen Tenaga Kerja AS akan melaporkan data pekerjaan periode Agustus yang akan memainkan peran utama dalam menentukan kapan dan bagaimana The Fed akan mulai melepaskan program obligasinya.
Ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan angka 750.000 lapangan kerja tercipta pada Agustus sementara angka pengangguran anjlok menjadi 5,2%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)