Gagal Cetak Hat-Trick, Rupiah Bertahan di Bawah Rp 14.400/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 25/08/2021 15:53 WIB
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah gagal mencetak hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah berakhir di zona merah. Pelaku pasar saat ini berhati-hati jelang pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat Jumat mendatang.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% di Rp 14.380/US$, tetapi setelahnya melemah hingga 0,14% ke Rp 14.410/US$. Di akhir perdagangan, rupiah mampu memangkas pelemahan hingga tersisa 0,03% ke Rp 14.395/US$ di pasar spot.

Pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat menjadi perhatian pelaku pasar, sebab ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan.


Pertemuan ini  akan dihadiri pimpinan bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial dari berbagai negara. 

"Kami pikir investor akan menunggu untuk mendengar tapering dari Jerome Powell pada hari Jumat, sebelum kembali masuk ke aset-aset berisiko lagi, dan menjual dolar AS," tulis ahli strategi dari ING dalam catatan kepada nasabahnya yang dikutip CNBC International, Selasa (24/8/2021).

Untuk saat ini, peluang tapering dilakukan tahun ini mulai meredup, sebab Presiden The Fed wilayah Dallas, Robert Kaplan, pada Jumat lalu mengatakan akan mempertimbangkan kembali tapering dalam waktu dekat jika penyebaran virus corona mengganggu pemulihan ekonomi AS.

Kaplan merupakan salah satu angota The Fed yang hawkish atau pro pengetatan moneter. Sehingga komentarnya memberikan dampak signifikan terhadap ekspektasi tapering.
"Jackson Hole adalah kunci, tetapi melihat ketidakpastian (akibat Covid-19) The Fed kemungkinan akan melihat data tenaga kerja 2 bulan ke depan, tetapi pengumuman tapering tetap di tahun ini," kata Tapas Strickland, analis dari National Australia Bank, sebagaimana dilansir Reuters.

Sementara itu ekonom dari Goldman Sachs memperkirakan The Fed baru akan mengumumkan tapering di bulan November, dengan probabilitas sebesar 45%. Selain itu, besarnya tapering diperkirakan sebesar US$ 15 miliar, dari total nilai QE saat ini US$ 120 miliar.

Dari dalam negeri, Presiden Joko Widodo mengatakan tantangan ke depan masih beragam sehingga harus tetap waspada, tetapi patut bersyukur sudah keluar sudah keluar resesi.

"Kita wajib bersyukur, bersyukur, meskipun kita masih menghadapi ketidakpastian perekonomian negara," ungkap Jokowi dalam rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi, Rabu (25/8/2021).

"Kita semakin membaik tetapi tetap kita harus menjaga kewaspadaan," imbuhnya.

Dari sisi inflasi, Indonesia juga terbilang rendah dengan realisasi 1,5% hingga Juli. Sampai akhir tahun diperkirakan inflasi terkendali pada level di bawah 3%.

"Angka inflasi di bawah target inflasi 2021 yaitu 3%. tetapi kita juga tahu bahwa inflasi yang rendah juga bisa bukan hal yang menggembirakan karena bisa saja ini indikasikan turunnya daya beli masyarakat akibat pembatasan aktivitas dan mobilitas," pungkasnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS