Kebijakan Moneter Ekspansif, BI Ramal Tekanan Inflasi di 2023

Lidya Julita Sembiring-Kembaren, CNBC Indonesia
Selasa, 24/08/2021 09:44 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo Saat Konfrensi Pers Mengenai Pemerintah & Bank Indonesia Perkuat Kerja Sama dlm Pembiayaan Sektor Kesehatan & Kemanusiaan (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengakui kebijakan moneter longgar yang dilakukan sejak tahun lalu akan menimbulkan tekanan inflasi karena semakin banyak uang yang beredar di perekonomian. Namun tekanan inflasi itu diperkirakan baru muncul pada 2023.

Sejak pandemi virus corona melanda Tanah Air sejak tahun lalu, BI aktif memberikan stimulus moneter. Suku bunga acuan diturunkan hingga ke 3,5%, terendah sepanjang sejarah. BI juga menggelontorkan likuiditas di pasar (quantitative easing).

"Tentu saja tambahan ekspansi moneter kemungkinan akan menambah tekanan inflasi. Bukan 2021 dan bukan 2022, BI sudah antisipasi kalau 2023 akan ada kenaikan inflasi," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers secara vitual, Selasa (24/8/2021).


Namun, lanjut Perry, BI sudah punya upaya untuk mengantisipasi risiko tekanan inflasi. Misalnya dengan mengurangi injeksi likuiditas secara bertahap.

"Kebijakan tetap akan dikoordinasikan erat. Kami tegaskan, apapun kami lakukan untuk pertumbuhan dan tidak mempengaruhi kemampuan dalam memulihkan ekonomi," tegasnya.


(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed