Separuh Lebih Saham di BEI Merah, IHSG Ambruk di Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk ke zona merah pada perdagangan sesi pertama Kamis (19/8/2021), di tengah konfirmasi mengenai dimulainya kebijakan pengetatan likuiditas di Amerika Serikat (AS).
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.024,757 atau drop 93,4 poin (-1,53%) pada penutupan siang. Dibuka melemah 0,12% ke 6.110,550, indeks acuan utama bursa ini tak pernah sekalipun mencicipi zona penguatan.
Koreksi terjadi secara konsisten sejak pembukaan pagi, hingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.024,255 beberapa menit jelang penutupan. Separuh lebih atau 52% saham yang tercatat di bursa melemah, dengan koreksi 336 saham melemah, 140 lain menguat, dan 158 sisanya flat.
Nilai transaksi bursa menipis ke kisaran Rp 7 triliun yang melibatkan 14 miliaran saham dalam transaksi sebanyak 930.000-an kali. Meski demikian, mayoritas investor asing masih memilih menampung saham, dengan posisi pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 79 miliar.
Aksi beli asing terutama menimpa saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai pembelian masing-masing sebesar Rp 165,2 miliar dan Rp 141,3 miliar. Keduanya bergerak berlawanan arah, dengan reli BUKA sebesar 1,8% ke Rp 845/saham sedangkan BBCA turun 0,38% ke Rp 32.875/unit.
Sebaliknya, saham yang dijual asing adalah dua bank BUMN yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai penjualan masing-masing sebesar Rp 186,8 miliar dan Rp 47,8 miliar. Saham BBRI drop 3,69% ke Rp 3.920 sedangkan BMRI melemah 3,3% ke Rp 5.850/unit.
Dari sisi nilai transaksi, saham BUKA memimpin dengan total nilai Rp 1,1 triliun, diikuti BBRI dengan nilai perdagangan Rp 380,3 miliar. PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) menyusul di posisi ketiga dengan nilai Rp 328,8 miliar.
Koreksi IHSG sejalan dengan tren di kawasan Asia Pasifik, di mana indeks Hang Seng China memimpin dengan pelemahan sebesar 1,7% diikuti IHSG dan indeks bursa Korea Selatan yang terkoreksi sebesar 1,52%.
Kekhawatiran mengenai dimulainya kebijakan tapering (pengurangan besaran pembelian obligasi di pasar oleh bank sentral AS) terkonfirmasi setelah risalah rapat Federal Reserve (The Fed) yang dirilis tadi malam menunjukkan tapering berpeluang dimulai tahun ini, karena inflasi sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja mendekati ekspektasi.
Kebijakan untuk mencegah overheating ekonomi AS tersebut secara bersamaan bisa memicu capital ouflow dari pasar modal negara berkembang, karena likuiditas yang selama ini diguyur ke pasar AS berkurang drstis sehingga pelaku pasar global tak memiliki kapasitas lebih untuk berinvestasi di aset risiko tinggi seperti saham negara berkembang .
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1