
BNI Revisi Target Pertumbuhan Kredit, Bidik Laba Rp 9,5 T

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merevisi target pertumbuhan kredit pada tahun ini menjadi 5%-7% dari proyeksi sebelumnya 6%-9%. Adapun, target laba bersih tetap pada kisaran Rp 9 triliun sampai dengan Rp 9,5 triliun pada tahun ini.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) tersebut sudah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun demikian, Royke optimistis pada semester kedua penyaluran kredit masih berpeluang untuk tumbuh.
"Di sini memang kita lihat ada beberapa faktor yang harus kita lihat, walaupun kita yakin, di semester 2 ini masih ada room untuk bertumbuh. Namun, dalam penyampaikan ke OJK, kami sudah revisi target dari 6-9% kita koreksi menjadi 5-7%," kata Royke, dalam paparan kinerja semester I-2021 secara virtual, Senin (16/8/2021).
Meski menurunkan target penyaluran kredit, BNI akan tetap melakukan ekspansi kredit secara hati-hati dan berkualitas. Royke juga menargetkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) diproyeksikan tumbuh low mid single digit terutama ditopang oleh pertumbuhan CASA.
"Dari sisi laba target tetap di kisaran Rp 9-9,5 triliun, tetap on track seperti sebelum pandemi, target NPL di kisaran di bawah 4% dengan coverage rasio yang cukup," ujarnya.
Seperti diketahui, pada periode semester pertama ini, BNI membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 5,0 triliun, naik 12,8% secara tahunan dengan pencadangan sebesar 215,3% sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan.
BNI mencatatkan penyaluran kredit yang sehat dengan didominasi oleh sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik pada segmen business banking maupun consumer Banking.
Kredit pada segmen business banking mencapai Rp 475,6 triliun atau tumbuh 3,5% secara YoY. Pertumbuhan tertinggi berada pada segmen small business sebesar 20,6% YoY dengan baki debet mencapai Rp 91 triliun, diikuti corporate private sebesar 7,9% YoY dengan baki debet mencapai Rp 179,1 triliun.
Adapun, kredit pada segmen consumer banking mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,4% secara YoY atau mencapai Rp 92,8 triliun. Kredit Tanpa Agunan yang berbasis payroll mencatat pertumbuhan 19,6% secara YoY atau sebesar Rp 32,7 triliun, dan disusul oleh kredit pemilikan rumah yang tumbuh 6,3% YoY atau Rp 47,6 triliun. Pertumbuhan kredit consumer juga dapat mengindikasikan mulai bergairahnya konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan PDB Nasional.
Pendapatan dari fee based income yang bersumber dari surat berharga tercatat tumbuh 115,4% YoY atau mencapai Rp 1 triliun. Begitu juga dengan Fee Based Income yang bersumber dari layanan Trade Finance, tumbuh 20,4% YoY atau mencapai Rp 732 miliar.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI tercatat tumbuh 4,5% YoY atau sebesar Rp 646,6 triliun. Rasio CASA pada Juni 2021 tercatat mencapai 69,6% atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini, yaitu sebesar Rp 450,1 triliun atau tumbuh 11,5% YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan DPK ini menjadi penyangga pertumbuhan aset sebesar 5,0% YoY atau mencapai Rp 875,1 triliun.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap! BNI Bakal Buyback Saham Senilai Rp 1,7 T