
Diterpa Kabar Kurang Baik Vaksinasi, Yield SBN Berbalik Lemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (13/8/2021) akhir pekan ini, setelah adanya kabar kurang menggembirakan seputar vaksinasi virus corona (Covid-19).
Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan pelemahan imbal hasil (yield) di hampir seluruh SBN acuan. Hanya SBN acuan bertenor 5, 10, dan 20 tahun yang cenderung dilepas oleh investor pada hari ini, ditandai dengan penguatan yield-nya.
Yield SBN bertenor 5 tahun naik 3 basis poin (bp) ke level 4,999%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun menguat 0,5 bp ke level 7,1%. Sementara, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi pemerintah kembali menguat sebesar 3,8 bp ke level 6,379%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sentimen negatif datang dari komentar Kepala Oxford Vaccine Grup yang mengatakan bahwa kekebalan kelompok (herd immunity) tidak mungkin dicapai dengan hanya dari vaksin Covid-19, menyusul penyebaran varian Delta yang sangat mudah menular.
"Saya pikir kita berada dalam situasi di mana kekebalan kelompok tidak memungkinkan karena (virus) masih menginfeksi individu yang divaksinasi," kata salah satu peneliti utama pembuat vaksin AstraZeneca-Oxford, dikutip Jumat (13/8/2021).
Hal ini memberikan alasan bagi pelaku pasar untuk merealisasikan keuntungannya di aset-aset berisiko seperti yang terjadi di pasar saham dalam negeri maupun regional pada perdagangan di hari terakhir pekan ini. Bagi pasar surat utang , kabar ini memicu investor kembali memburu SBN yang dianggap sebagai aset investasi aman (safe haven).
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah (Treasury) juga terpantau turun pada pra-pembukaan (pre-opening) perdagangan hari ini, menyusul data ekonomi yang beragam di sesi sebelumnya.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun 2,7 bp ke level 1,34% pada pukul 06:59 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Kamis (12/8/2021) kemarin di level 1,367%.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran baru pekan lalu berada di angka 375.000, atau sama seperti estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 375.000. Angka itu juga lebih baik jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya yakni 385.000.
Sementara itu, indeks harga produsen (producer price index/PPI) AS pada bulan Juli, naik 0,9%, lebih baik dari perkiraan ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,5%. Data ini tidak termasuk data volatilitas harga pangan pokok, jasa perdagangan dan komponen energi.
Data PPI cenderung mengikuti data indeks harga konsumen (IHK) yang juga tumbuh secara moderat pada Juli 2021. Sebelumnya pada Rabu (11/8/2021) waktu AS, IHK pada Juli 2021 tercatat melonjak 5,4% secara tahunan. Sedangkan secara bulanan, IHK Negeri Paman Sam juga tumbuh sebesar 0,5.
Inflasi inti hanya naik 0,3%, di bawah perkiraan pasar yang memperkirakan angka 0,4%. Data IHK menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menentukan arah kebijakan moneter selanjutnya. Inflasi moderat ini menunjukkan bahwa inflasi masih bersifat transisional dan pemulihan ekonomi masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi