
Fokus Lunasi Utang, BUMI Rogoh Kocek US$ 600 juta di 2022

Jakarta, CNBC Indonesia- Pembayaran utang menjadi salah satu strategi emiten baru bara terbesar PT Bumi Resources Tbk (BUMI) untuk menjalani pemulihan dan memperkuat struktur modal perusahaan. Saat ini posisi utang perusahaan berkisar US$ 1,7-1,8 miliar.
"Menurut kami sekarang pembayaran utang menjadi prioritas tertinggi, terutama dengan peningkatan harga batu bara selama 3-4 bulan terakhir yang meningkatkan kemampuan kami untuk membayar utang dan pembayaran pokoknya," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.
Menurut dia pada Oktober nanti pembayaran utang bisa dilakukan tiga kali lipat lebih banyak dari biasanya. Dileep mengungkapkan perusahaan berencana membayar pokok utang US$ 600 juta secara penuh untuk Tranche A pada tahun depan.
"Kami berharap untuk membayar kembali US$ 600 juta penuh, pokok kami dari Tranche A pada akhir tahun depan," tegasnya.
Produsen batu bara terbesar ini juga juga tengah menunggu IUPK untuk anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) paling tidak Desember 2021.
"Opsi pembayaran utang dan restrukturisasi akan menjadi lebih menarik dari pemberi pinjaman yang mendukung kami, yang meliputi CIC dan CBD," ujar Dileep.
Sebelumnya dia mengungkapkan lonjakan harga batu bara tidak terjadi dalam sekejap dan beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti peningkatan aktivitas industri dan musim dingin. Sebelumnya harga batu bara telah turun hingga US$ 50 per ton, dan mulai pertengahan 2020 harga mulai menanjak naik.
"Ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan di China, sebagian besar dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 dan permintaan yang bervariasi dari China. Kami juga melihat harga naik hingga US$ 157 per ton," kata Dileep.
Dia menilai hingga akhir tahun tren harga batu bara masih akan tinggi dan tidak akan di bawah US$ 100 per ton. Tren harga tinggi ini akan bertahan hingga 2022-2023 dimana harga bergerak di kisaran US$ 130-150 per ton.
"Tampaknya akan berlanjut dan harga dapat dipertahankan di dekat level saat ini, sejauh mungkin ada koreksi, tetapi kami tidak melihatnya turun di bawah US$ 100 per ton," kata dia.
Sepanjang tahun ini, perusahaan memproyeksikan harga batu bara yang diproduksi di kisaran US$ 53-56 per ton. Untuk anak usaha BUMI, yakni Kaltim Prima Coal, harga batu bara diperkirakan di level US$ 60-64 per ton, sementara Arutmin US$ 39-42 per ton.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pecah Rekor, BUMI Catat Pendapatan US$ 8,53 Miliar