Ada Momen Besar, Rupiah Cuma Menguat 0,24% Sepanjang Juli

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah mencatat penguatan tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang bulan Juli lalu. Padahal, ada momen besar yang sebenarnya bisa membuat rupiah menguat tajam.
Melansir data Refintiv, rupiah membukukan penguatan 0,24% ke Rp 14.460/US$ sepanjang bulan Juli. Rentang pergerakannya juga terbilang sempit di Rp 14.420/US$ hingga Rp 14.565/US$, bahkan menjadi yang tersempit sepanjang tahun ini.
![]() |
Pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) menjadi momen besar bagi rupiah di bulan Juli, yang memberikan peluang penguatan. Sebab The Fed masih belum memberikan detail kapan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan. Malah, spekulasi The Fed tidak akan melakukan tapering di tahun ini justru semakin menguat yang membuat dolar AS jeblok di pekan terakhir Juli.
The Fed melihat perekonomian AS semakin kuat, tapi masih perlu melihat kemajuan substansial lebih lanjut, khususnya untuk pasar tenaga kerja dan inflasi, sebelum memulai tapering.
"Kami menggunakan pendekatan yang setransparan mungkin. Kita belum mencapai kemajuan substansial lebih lanjut," kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (29/7/2021).
Sementara itu untuk pasar tenaga kerja, Powell mengatakan masih perlu lebih kuat lagi, sebelum memulai tapering.
"Saya ingin melihat pasar tenaga kerja lebih kuat lagi dalam beberapa bulan ke depan sebelum memulai mengurangi QE yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan," kata Powell.
Selain itu pada pekan lalu, rilis data pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam juga mengecewakan. Departemen Perdagangan AS melaporkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 6,5% di kuartal II, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya 6,3%, tetapi jauh di bawah estimasi Dow Jones sebesar 8,4%.
Selanjutnya, inflasi berdasarkan Personal Consumption Expenditure (PCE) di bulan Juni dilaporkan melesat 3,5% (year-on-year/YoY), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,4% YoY, tetapi di bawah hasil polling Reuters sebesar 3,7%.
Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun Juli 1991.
Inflasi PCE yang merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, rilis yang lebih rendah dari ekspektasi, plus PDB yang juga lebih rendah dari prediksi membuat spekulasi tapering tidak akan dilakukan di tahun ini semakin menguat. Alhasil, indeks dolar AS jeblok 0,8% pada pekan lalu, membuat kinerjanya sepanjang Juli minus 0,28%.
Sementara itu Bank Indonesia (BI) dalam pengumuman bulan Juli memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga bertahan masing-masing 2,75% dan 4,25%.
Kali terakhir BI menurunkan suku bunga acuan adalah pada Februari 2021. Selepas itu, suku bunga selalu ditahan dengan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan utama.
"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem keuangan karena ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dari dampak Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (22/7/2021).
HALAMAN SELANJUTNYA >>> PPKM Darurat Membuat Rupiah Sulit Menguat
Alasan utama sulit menguat tajam adalah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat yang kemudian berubah menjadi PPKM level 3 dan 4, yang diterapkan sejak 3 hingga 25 Juli, kemudian berlanjut 26 Juli hingga 2 Agustus dengan beberapa pelonggaran.
Hingga saat ini, belum ada pengumuman resmi apakah PPKM level 4 akan diperpanjang tanpa pelonggaran, atau dengan pelonggaran, atau dihentikan.
Pembatasan tersebut membuat pemulihan ekonomi tertahan, bahkan produk domestik bruto (PDB) juga diperkirakan terpangkas.
"Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 menjadi 3,5-4,3% dari proyeksi sebelumnya 4,1-5,1%," ungkap Perry dalam konferensi pers usai RDG edisi Juli 2021.
Titik tengah dari proyeksi baru itu, lanjut Perry, adalah 3,9%. Menurut Perry, masih ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi 2021 lebih tinggi dari titik tengah tersebut.
"Kami melihat ada potensi bisa lebih tinggi dari 3,9%, bisa. Dengan kebijakan vaksinasi yang lebih cepat sehingga herd immunity bisa dicapai lebih baik, dan penerapan protokol kesehatan. Demikian juga perbaikan ekonomi global, belanja fiskal, dan stimulus moneter," kata Perry.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam laporan terbarunya juga memangkas proyeksi PDB Indonesia menjadi 3,9%. Dibandingkan proyeksi bulan April sebesar 4,3%.
Tanda-tanda pelambatan ekonomi Indonesia sudah terlihat dari sektor manufaktur yang kembali berkontraksi.
![]() |
ISH Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) merosot ke level 40,1 dari sebelumnya 53,4. Ini merupakan kali pertama PMI manufaktur mengalami kontraksi setelah sebelumnya berekspansi dalam 8 bulan beruntun.
"Peningkatan kasus Covid-19 menyebabkan pemerintah harus menerapkan PPKM yang membatasi mobilitas masyarakat. Efek dari kebijakan ini terjadi di sisi permintaan, produksi, dan tenaga kerja," sebut keterangan tertulis IHS Markit.
"Gelombang serangan kedua Covid-19 telah memukul sektor manufaktur Indonesia. Selain gangguan produksi dan permintaan, dunia usaha juga mengalami hambatan dalam mendatangkan bahan baku. Ketidakpastian yang meningkat juga membuat dunia usaha untuk mengurangi pekerja dengan laju tercepat sejak Juni 2020, meski banyak yang menilai ini hanya sementara karena penerapan PPKM," sebut Jingyi Pan, Economics Associate Director di IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Industri manufaktur merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia dari sisi lapangan usaha. Tahun lalu, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB dalah 19,88%. Sehingga kontraksi sektor manufaktur tentunya akan berdampak pada pelambatan pertumbuhan PDB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer
