Fenomena ATM yang Mulai Ditingggal dan Pesan Jokowi ke Bankir

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
29 July 2021 06:33
Presiden Jokowi Saat Pengarahan Presiden Republik Indonesia Kepada Kepala Daerah Se Indonesia Tahun 2021
Foto: Presiden Jokowi Saat Pengarahan Presiden Republik Indonesia Kepada Kepala Daerah Se Indonesia Tahun 2021, 19 Juli 2021. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengarahan dalam Konferensi Forum Indonesia secara virtual pada awal pekan ini, di mana salah satu poinnya adalah mengenai rangkaian disrupsi (perubahan besar-besaran akibat inovasi), termasuk di bidang jasa keuangan dan perbankan.

Jokowi menganggap pandemi Covid-19 bagian dari rangkaian serial disrupsi, menambah disrupsi yang sebelumnya dipicu oleh revolusi industri 4.0.

"Pandemi Covid-19 merupakan rangkaian serial disrupsi," kata Jokowi, dalam video yang diunggah Youtube Sekretariat Presiden, seperti dikutip Kamis (29/7/2021).

Di sektor perbankan, kata Jokowi, perbankan telah didisrupsi oleh hadirnya financial technology, fintech, dan berbagai macam sistem pembayaran elektronik ataue-payment.

Menurut Jokowi, beberapa tahun terakhir terjadi perubahan lanskap sosial budaya, lanskap ekonomi maupun politik akibat revolusi industri 4.0. Situasi ini pun memang tak terhindarkan.

Mulai dari kehadiran teknologi cloud computing (komptasi awan), internet of things, artificial intelligence (AI), big data analytic, advance robotic, hingga virtual reality telah membawa berbagai macam perubahan di segala bidang.

"Kita harus akui teknologi telah menjadi master disrupsi. Perdagangan bergeser menjadi e-commerce, perbankan telah didisrupsi oleh hadirnya fintech dan berbagai macam e-payment, dunia kedokteran dan farmasi semakin terdisrupsi oleh health tech," kata mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

"Banyak pekerjaan baru yang bermunculan di masa kini dan masa yang akan datang karena disrupsi," kata Jokowi.

Pada 13 Juli lalu, dalam sebuah forum ekonomi, Presiden Jokowi juga menyinggung soal besarnya potensi ekonomi digital. Dia bahkan memperkirakan nilai ekonomi dan transaksi digital Indonesia akan menjadi yang terbesar di wilayah Asia Tenggara dalam 10 tahun ke depan.

"Nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dalam 10 tahun ke depan," kata Jokowi, Selasa (13/7/2021).

Jokowi mengatakan potensi ekonomi digital dalam negeri cukup menjanjikan. Sepanjang 2020, nilai transaksi digital masyarakat Indonesia mencapai Rp 253 triliun, dan diperkirakan akan kembali meningkat tahun ini.

"Nilai ini diperkirakan akan meningkat menjadi Rp 330,7 triliun di tahun 2021," tegasnya.

Menurutnya, potensi yang selama ini belum tergarap harus dioptimalkan dengan sebaik-baiknya. Jokowi memandang, tahun ini merupakan momentum kebangkitan bagi Indonesia dari pandemi Covid-19.

"Teruslah membangun optimisme dan harapan, agar kita mampu bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi baru yang semakin kokoh, tangguh dan mandiri," tegasnya.

Halaman Selanjutnya >>> Saat Mesin ATM Kian Ditinggalkan

Apa yang disampaikan Jokowi memang sudah didasari perbankan Tanah Air. Fakta semakin banyak pekerjaan yang hilang akibat disrupsi teknologi memang tak terelakkan.

Di bidang keuangan dan perbankan, ada tren mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pun mulai ditinggalkan karena masyarakat semakin gencar melakukan transaksi secara digital.

Situasi ini bisa terjadi karena tak lepas dari disrupsi teknologi yang dimulai dari revolusi 4.0. Bank-bank digital pun kian bermunculan dan tengah mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pengamat pasar modal dan perbankan menilai, tren bank yang mulai mengurangi jumlah kantor cabang dan mesin ATM dinilai menjadi cerminan dari dampak transformasi layanan bank digital di Indonesia. Jika bank konvensional tak beradaptasi, akan berefek pada prospek di tengah ketatnya persaingan.

"Kemajuan teknologi, consumer behaviour, persaingan yang ketat antarbank dan muncul ancaman baru dari 'bank-bank baru'," kata pengamat pasar modal, Rovandi kepada CNBC Indonesia.

Mantan analis PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) itu menilai tren munculnya bank digital memang tak terelakkan, apalagi dengan adanya kerja sama dengan platform pembayaran.

"Seperti Gopay, OVO, PayPal dan lainnya ini, maka penutupan kacab dan ATM ini hanya cycle kecil dari transformasi digital yang ada di depan. Bank-bank besar saat ini jika tidak bertransformasi maka akan 'kegilas', tapi memang saat ini mereka [bank-bank besar] juga yang paling cepat beradaptasi kalau kita lihat," kata Rovandi.

Sebagai informasi saat ini, setidaknya ada tujuh bank dalam proses mengajukan izin layanan digital di OJK. Mereka adalah PT Bank Digital BCA, PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank Neo Commerce Tbk, (BBYB). PT Bank Capital Tbk,(BACA), PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), dan PT Bank KEB Hana.

OJK sebetulnya juga sudah menyinggung soal tren pergeseran pola transaksi nasabah yang mulai memanfaatkan digitalisasi dibandingkan dengan konvensional lewat kantor cabang (kacab) perbankan.

Dari sebelumnya bertransaksi di kacab, beralih ke transaksi di ATM dan transaksi di ATM pun mulai ditinggalkan nasabah. OJK mencatat, jumlah kacab perbankan juga telah berkurang lebih dari 3.000 kacab dalam waktu hampir 6 tahun terakhir.


(cha/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesan Jokowi ke Bankir & Fenomena Mesin ATM 'Ditinggal'!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular