Mayoritas Bursa Asia Menguat, tapi Hang Seng Terkoreksi Tipis

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
27 July 2021 08:51
foto : Reuters
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Selasa (27/7/2021), menyusul indeks utama di bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street yang kembali mencatat rekor penutupan tertinggi pada perdagangan Senin (26/7/2021) waktu setempat.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,23%, Shanghai Composite China bertambah 0,25%, Straits Times Singapura naik 0,21%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,59%.

Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong pada pagi hari ini terpantau dibuka melemah tipis 0,1%, setelah pada perdagangan kemarin ditutup anjlok lebih dari 4%.

Investor di Asia masih akan memantau pasar saham di Hong Kong, setelah terjatuh pada perdagangan Senin kemarin di tengah kekhawatiran regulasi di sektor teknologi dan pendidikan swasta China.

Kekhawatiran geopolitik juga dapat membebani sentimen investor di Asia, setelah pertemuan tingkat tinggi antara pejabat AS dan China berakhir dengan kritik di kedua sisi.

Dari data ekonomi, China akan merilis data keuntungan industri periode Juni 2021 pada pukul 09:30 waktu setempat atau pukul 08:30 WIB.

Beralih ke AS, bursa Wall Street kembali ditutup cerah pada perdagangan Senin waktu setempat, setelah sempat terkoreksi di sesi pembukaan.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berakhir menguat 0,24% level ke 35.144,31, Nasdaq Composite naik tipis 0,03% ke 14.840,71, dan S&P 500 bertambah 0,24% ke posisi 4.422,3.

Departemen Perdagangan AS memberikan kabar buruk dengan anjloknya penjualan rumah baru sebesar 6,6% pada Juni (disetahunkan) menjadi 676.000 unit. Angka ini jauh di bawah ekspektasi ekonom dalam konsensus Dow Jones yang memperkirakan angka 795.000 unit.

Meski demikian, investor cenderung optimistis ketimbang pekan lalu ketika diterpa kecemasan seputar penyebaran virus Covid-19 yang memicu aksi beli surat berharga negara (SBN) AS, sehingga imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar melemah.

"Investor mengkhawatirkan pukulan varian Delta terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi strain baru itu seharusnya tak memicu risiko mayor di pasar," tutur David Kostin, Kepala Perencana Trading Goldman Sachs dalam laporan riset yang dikutip CNBC International. Menurut dia, vaksinasi, aksi beli ritel dan institusi serta valuasi yang masih menarik bakal memicu reli.

Harga dan imbal hasil obligasi bergerak berlawanan, sehingga aksi beli-mencerminkan kekhawatiran pasar memicu penguatan harga dan penurunan yield. Di bursa, hal ini memicu aksi beli saham teknologi, yang selama pembatasan sosial di kala pandemi justru diuntungkan.

Pasar juga akan memantau rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang digelar 2 hari mulai malam hari ini waktu Asia.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal memberi pandangan terbaru terkait ekonomi, serta peluang tapering off atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular