
Investor Kembali Memburu SBN, Yield Obligasi Kembali Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Jumat (23/7/2021) jelang akhir pekan, di tengah pelemahan pasar saham regional (Asia) dan dalam negeri pada hari ini, sehingga investor cenderung mengalihkan investasinya ke pasar obligasi.
Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan penurunan imbal hasil (yield) di hampir seluruh SBN. Hanya SBN bertenor 15 tahun yang masih cenderung dilepas oleh investor dan mengalami kenaikan yield.
Yield SBN bertenor 15 tahun dengan seri FR0088 naik sebesar 0,6 basis poin (bp) ke level 6,404% pada hari ini. Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan yield acuan pemerintah kembali turun sebesar 0,9 bp ke level 6,298%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pada hari ini, bursa saham regional (Asia) dan dalam negeri bersama-sama mengalami pelemahan. Di dalam negeri, kasus penyakit virus corona (Covid-19) kembali mencatat kenaikan signifikan, setelah menunjukkan tren menurun dalam 6 hari sebelumnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus baru per Kamis (22/7/2021) sore bertambah 49.509 pasien, naik dari hari sebelumnya sebanyak 33.772 orang, yang merupakan yang terendah sejak 6 Juli.
Kenaikan tersebut tentunya membuat pelaku pasar kembali was-was, sebab jika kembali menanjak maka rencana pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 dan 4 pada 26 Juli mendatang bisa jadi batal.
Hal tersebut tentunya menjadi kabar buruk, perekonomian Indonesia berisiko merosot lagi. Apalagi Bank Indonesia (BI) kemarin memangkas proyeksi produk domestik bruto (PDB) tahun ini. BI memproyeksi PDB RI akan berada di kisaran 3,5%-4,3% lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 4,1-5,1%.
Jika hal itu terjadi, maka prospek pasar surat utang pemerintah RI masih cukup menarik hingga pandemi Covid-19 di Tanah Air dapat terkendali kembali. Obligasi pemerintah merupakan salah satu aset investasi yang dinilai paling aman atau istilahnya safe haven tatkala perekonomian tertekan.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah AS (Treasury) terpantau kembali naik pada pra-pembukaan (pre-opening) pasar hari ini.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun naik 2,3 bp ke 1,29% pukul 07:04 pagi waktu AS, dari penutupan Kamis (22/7/2021) kemarin di level 1,267%. Pada perdagangan Kamis kemarin, imbal hasil Treasury sempat menurun sedikit, setelah data klaim pengangguran tercatat lebih tinggi dari yang diharapkan.
Jumlah klaim asuransi pengangguran pertama kali yang diajukan akhir pekan lalu mencapai 419.000, dibandingkan 350.000 pengajuan yang diharapkan oleh para ekonom di polling Dow Jones.
Pada hari ini, investor akan memantau rilis data indeks manajer pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) manufaktur per Juli 2021 pada pukul 20.45 WIB. Pada Juni lalu, PMI manufaktur AS berada di 62,1 sama seperti posisi Mei.
Menurut data dari Trading Economics, posisi PMI manufaktur AS pada Juni-Mei lalu menunjukkan peningkatan yang signifikan, yang merupakan terkuat sejak pengumpulan data dimulai pada Mei 2007, menyusul pelonggaran pembatasan Covid-19.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi