
Bursa Saham Asia Dibuka Loyo, KOSPI Naik Tipis-tipis

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Jumat (23/7/2021), di tengah sikap investor yang sedang memantau pergerakan saham teknologi China di Hong Kong setelah kekhawatiran terhadap peraturan terkait kembali muncul.
Hanya indeks KOSPI Korea Selatan yang dibuka menguat pada pagi hari ini. Namun penguatan KOSPI juga cenderung tipis-tipis, yakni naik 0,1%.
Sedangkan sisanya dibuka di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,22%, Shanghai Composite juga melemah 0,22%, dan Straits Times Singapura terkoreksi 0,14%.
Sementara untuk pasar saham Jepang pada hari ini masih ditutup karena sedang libur nasional memperingati Hari Olahraga dan Kesehatan. Hari ini juga sekaligus menjadi hari pembukaan perhelatan Olimpiade Tokyo 2020.
Investor di Asia akan mengamati saham teknologi China di Hong Kong, setelah Bloomberg News melaporkan bahwa Beijing sedang mempertimbangkan sanksi tegas terhadap perusahaan raksasa ride-hailing Didi.
Sanksi yang direncanakan berkisar dari denda yang kemungkinan lebih besar dari rekor sebelumnya, yakni sebesar US$ 2,8 miliar yang dibayarkan Alibaba awal tahun ini hingga penghapusan paksa setelah IPO Didi bulan lalu.
Saham Didi di Amerika Serikat (AS) anjlok lebih dari 11% pada Kamis (22/7/2021) waktu setempat. Sebelumnya pada bulan Juli, perusahaan terpaksa berhenti mendaftarkan pengguna baru dan juga menghapus aplikasinya dari toko aplikasi China karena dugaan pengumpulan dan penyalahgunaan data pribadi pengguna.
Hal itu terjadi ketika Beijing melanjutkan tindakan keras selama berbulan-bulan terhadap raksasa teknologi China, dengan menargetkan masalah dari anti-trust hingga regulasi data.
Beralih ke AS, bursa saham Wall Street kembali kompak menguat untuk kali ketiga secara beruntun dalam pekan ini pada penutupan perdagangan Kamis (22/7) waktu setempat.
Penguatan Wall Street dipimpin oleh saham-saham raksasa teknologi, di tengah adanya lonjakan tak terduga data klaim tunjangan pengangguran yang kembali memunculkan kekhawatiran soal kondisi ekonomi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 0,07% ke level 34.823,35, S&P 500 bertambah 0,2% ke posisi 4.367,48, dan Nasdaq Composite menguat 0,36% ke 14.684,60.
Wall Street sempat tertekan pada awal perdagangan, setelah pemerintah AS mengumumkan sepekan lalu ada 419.000 orang yang baru saja kehilangan pekerjaan dan mengajukan klaim tunjangan.
Angka itu berbalik dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang mengekspektasikan angka 350.000. Catatan tersebut juga lebih buruk dari klaim sepekan sebelumnya yang sebanyak 360.000.
Sebagaimana diketahui, penurunan ataupun kenaikan klaim tunjangan pengangguran bisa menjadi salah satu indikator awal untuk menakar kondisi pasar tenaga kerja dan 'kesehatan' ekonomi AS.
Pelaku pasar terus mengamati dengan cermat indikator pasar tenaga kerja untuk petunjuk kapan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), yang diperkirakan akan menyelenggarakan rapat pekan depan untuk pertemuan kebijakan moneter selama dua hari, akan memulai pembahasan tentang kenaikan suku bunga utama.
"Data pengangguran hari ini tidak memiliki dampak yang berarti pada pasar atau prospek ekonomi," kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York.
"Sekarang ini semua tentang berapa lama lagi The Fed akan mentolerir suku bunga rendah," imbuh Carter. The Fed tampaknya, lanjut Carter, lebih menyukai kondisi lapangan kerja penuh ketimbang soal stabilitas harga.
Adapun imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun bergerak melemah ke 1,265% seiring data pekerjaan yang kurang oke.
Di lain sisi, 104 perusahaan di S&P 500 tercatat sudah melaporkan data kinerja keuangan. Menurut Refinitiv, dari jumlah tersebut, kinerja 88% perusahaan mengalahkan perkiraan konsensus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Jepang Jadi Fokus, Bursa Asia Kompak Menguat Kecuali China
