Ini Penyebab SBN Tak Mampu Ikuti Tren Kenaikan Yield Treasury

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
22 July 2021 18:43
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Kamis (22/7/2021), di tengah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), jelang rilis data klaim pengangguran per akhir pekan lalu.

Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan penurunan imbal hasil di hampir seluruh SBN. Hanya SBN bertenor 15 tahun, 25 tahun, dan 30 tahun yang masih cenderung dilepas oleh investor dan mengalami kenaikan yield.

Yield SBN bertenor 15 tahun naik sebesar 1,8 basis poin (bp) ke level 6,398%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun naik 0,7 bp ke level 7,32%, dan surat utang pemerintah bertenor 30 tahun juga naik sebesar 1,1 bp ke posisi 6,904%.

Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan yield acuan pemerintah kembali turun 2 bp ke level 6,307%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Di Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah AS (Treasury) terpantau mengalami kembali naik pada pra-pembukaan (pre-opening) hari ini. Dilansir dari CNBC International, yield Treasury acuan (tenor 10 tahun) naik 2,5 bp ke 1,307% pada pukul 06:53 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Rabu (21/7/2021) kemarin di level 1,282%.

Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis data klaim pengangguran untuk periode 17 Juli akhir pekan lalu. Ekonom dalam polling Dow Jones mengestimasikan angka 350.000, atau turun dari capaian pekan sebelumnya sebanyak 360.000.

Selain data klaim pengangguran, data penjualan rumah Negeri Paman Sam juga akan dirilis pada hari ini pukul 10:00 waktu AS.

Sementara itu dari dalam negeri, investor di SBN tak menanggapi banyak dari sentimen di dalam negeri, di mana Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga bertahan masing-masing 2,75% dan 4,25%.

"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem keuangan karena ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dari dampak Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.

Investor domestik masih memburu SBN di tengah kenaikan kembali kasus Covid-19 yang memicu kekhawatiran bahwa perekonomian masih akan belum bisa pulih hingga semester II-2021.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan melaporkan sudah ada 868 kasus mutasi virus corona di Indonesia yang digolongkan sebagai variant of concern oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Varian yang dimaksud, yakni varian B117 Alfa, varian B1351 Beta dan varian B1617.2 Delta.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan hari ini, Kamis (22/7/2021) kasus kematian bertambah 1.449 orang. Jumlah ini merupakan rekor dan memecahkan rekor yang tercipta sehari sebelumnya 1.383 orang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular