Harga Minyak Dunia Drop Lagi, tapi Saham Migas Melesat
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten energi minyak dan gas bumi (migas) terpantau melesat pada perdagangan awal sesi I Kamis (22/7/2021), di tengah pelemahan harga minyak mentah dunia pada perdagangan hari ini.
Simak pergerakan empat saham migas pada perdagangan sesi I pukul 09:38 WIB hari ini.
Berdasarkan data di atas, saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menduduki posisi pertama penguatan saham migas pada perdagangan awal sesi I hari ini. Saham AKRA melonjak 3,9% ke level Rp 3.460/unit pada pukul 09:38 WIB.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham RAJA sudah mencapai Rp 16 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 4 juta lembar saham. Namun, investor asing tercatat melepas saham RAJA sebanyak Rp 114 juta di pasar reguler pada hari ini.
Selanjutnya di posisi kedua terdapat saham PT Elnusa Tbk (ELSA) yang melesat 3,79% ke posisi Rp 274/unit pada pagi hari ini.
Tercatat nilai transaksi saham ELSA sudah mencapai Rp 8 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 29 ribu lembar saham.
Berikutnya di posisi ketiga diduduki oleh saham PT Medco Energy Tbk (MEDC) yang menguat 2,83% ke level Rp 545/unit pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi saham MEDC mencapai Rp 10 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 19 juta lembar saham.
Adapun di posisi keempat atau terakhir dipegang oleh saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang bertambah 1,87% ke posisi Rp 109/unit pada pagi hari ini.
Nilai transaksi saham ENRG pun telah mencapai Rp 3 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 29 juta lembar saham.
Dari kabar emiten, melesatnya saham AKRA kemungkinan didorong oleh penyokongan dari kawasan industri terpadu, Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur.
Pada pekan lalu, PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Chiyoda International Indonesia (PTCII) telah menandatangani kontrak EPC senilai US$ 2,7 miliar untuk membangun Pabrik Smelter Tembaga dan Precious Metal Refinery di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).
Smelter akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan berulang AKRA, yang merupakan pemegang saham mayoritas JIIPE.
Pendapatan sewa akan dihasilkan dari 103 ha lahan untuk Smelter dan 40-50 ha lainnya untuk area Lay Down. Ini akan menghasilkan recurring income lebih lanjut dari fasilitas pelabuhan, listrik, gas, air, dan pengolahan air limbah.
Sementara untuk saham ELSA, perseroan akan membagikan dividen sebanyak 30% dari laba bersih tahun buku 2020 atau setara dengan Rp 74,72 miliar kepada pemegang sahamnya. Dengan begitu jumlah dividen per saham yang dibagikan senilai Rp 10,239.
Selain itu, penggunaan laba juga digunakan untuk cadangan wajib sebesar 4% atau senilai Rp 9,96 miliar, dan saldo laba ditahan sebesar Rp 164,39 miliar atau 66%.
Direktur Utama Elnusa, Ali Mundakir mengatakan cadangan wajib ditetapkan 4% karena perusahaan telah memenuhi cadangan wajib yang harus dicadangkan, sehingga tahun ini penetapannya pada nilai tersebut.
Namun, penguatan saham migas terjadi di tengah mulai menurunnya kenaikan harga minyak mentah dunia pada perdagangan pagi hari ini, karena tanda-tanda permintaan yang lebih kuat membantu mengimbangi kenaikan tak terduga dalam persediaan AS.
Harga minyak mentah Brent tergelincir 0,3%, menjadi US$ 72,02 per barel pada pukul 01:33 waktu setempat atau pukul 08:33 WIB, setelah naik 4,2% di sesi sebelumnya.
Sementara untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga 0,3%, menjadi US$ 70,12 per barel, setelah sempat melesat 4,6% pada perdagangan Rabu (21/7/2021).
"Pasar mengabaikan kenaikan persediaan komersial (AS) ... dengan sebagian besar kenaikan terjadi di Pantai Barat, sistem distribusi yang terpisah dari negara lain," kata analis dari ANZ Bank dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.
Persediaan minyak mentah di konsumen minyak utama dunia itu naik secara tak terduga sebesar 2,1 juta barel pada pekan lalu menjadi 439,7 juta barel, naik untuk pertama kalinya sejak Mei, menurut data Administrasi Informasi Energi AS (UEIA).
Dengan OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia, kemungkinan tidak akan segera memasuki pasar dan negosiasi Iran tertunda, risiko paling relevan terhadap fundamental pasar tetap menjadi penurunan permintaan karena pembatasan baru.
"Hanya kekurangan permintaan yang sangat besar yang akan membuat keseimbangan pasar menjadi surplus," kata analis Citi, dilansir dari Reuters.
Harga minyak sempat melemah pada awal pekan ini, menyusul kesepakatan OPEC+ untuk meningkatkan pasokan sebesar 400.000 barel per hari dari Agustus hingga Desember 2021.
(chd/chd)