Kalau Satu Hal Ini Sudah Muncul, Rupiah "Seng Ade Lawan"!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah perkasa di awal perdagangan Kamis (22/7/2021), dolar Amerika Serikat (AS) dilibas hingga kembali ke bawah Rp 14.500/US$. Pemicu utama penguatan tersebut yakni sentimen pelaku pasar yang membaik, jika itu sudah muncul, maka rupiah "seng ada lawan".
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melesat 0,34% ke Rp 14.490/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Ini kali pertama rupiah mampu menguat tajam di awal perdagangan, sebelumnya rupiah selalu mengawali perdagangan dengan melemah tipis.
Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari menguatnya bursa saham global sejak Rabu kemarin, dan berlanjut di pasar Asia pagi ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan melesat lebih dari 1%.
Kala sentimen pelaku pasar membaik, maka aliran modal akan masuk ke negara emerging market yang memberikan imbal hasil tinggi seperti Indonesia. Alhasil, rupiah menjadi perkasa.
Selain itu, dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) juga menjadi kurang menarik ketika sentimen pelaku pasar membaik.
Membaiknya sentimen pelaku juga ditambah kabar baik dari dalam negeri. Kemarin, penambahan kasus Covid-19 dilaporkan sebanyak 33.772 orang, turun dari hari sebelumnya 38.257 orang. Pembahan kasus kemarin juga merupakan yang terendah sejak 6 Juli, dan sudah cukup jauh di bawah rekor penambahan 56.757 yang dicatat pada Kamis pekan lalu.
Terus menurunnya kasus Covid-19 memperbesar peluang dilonggarkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat atau yang saat ini disebut PPKM Level 3 dan 4, pada 26 Juli mendatang.
Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus, apalagi sentimen pelaku pasar terhadap rupiah sebenarnya membaik saat PPKM Mikro Darurat dilakukan.
Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Dalam survei tersebut, posisi jual (short) rupiah menurun dibandingkan dua pekan lalu.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
Survei terbaru yang dirilis Kamis (16/7/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di 0,23, lebih baik dari 2 pekan lalu 0,36%.
Dibandingkan mata uang lainnya, hanya sentimen terhadap rupiah yang membaik. Won Korea Selatan yang dua pekan lalu spekulan masih mengambil posisi beli (long) dengan angka -0,29, tetapi dalam survei terbaru berbalik menjadi jual (short) dengan angka 0,27%. Hal yang sama juga terjadi terhadap dolar Taiwan.
Dari 9 mata uang yang disurvei Reuters, hanya yuan China yang masih mendapat posisi long, meski menurun menjadi -0,15 dari sebelumnya -0,29.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)