
Investor Lancarkan Buy on Weakness, Dow Futures Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) naik pada perdagangan Rabu (21/7/2021), setelah indeks bursa Wall Street berbalik menguat dalam sehari perdagangan kemarin.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average naik hanya 178 poin dari nilai wajarnya. Kontrak serupa indeks S&P 500 menguat sebesar 0,4% dan indeks Nasdaq juga bergerak di zona hijau meski tipis.
Saham sektor minyak dan gas masih menjadi penopangnya. Saham Devon Energy, Occidental Petroleum dan APA Corp menguat di sesi pra-pembukaan, setelah harga kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 2%.
Positifnya pergerakan di pasar berjangka tersebut mengindikasikan bahwa investor siap memborong saham lagi. Pada Senin, Dow Jones ambles 725 poin-menjadi koreksi terburuk dalam 8 bulan-sebelum kemudian berbalik menguat nyaris 550 poin kemarin.
Saham yang akan diuntungkan dari pemulihan ekonomi berbalik menguat, di antaranya saham sektor energi yang naik di sesi pra pembukaan, setelah harga minyak mentah dunia berbalik menguat melewati level US$ 70/barel pada Senin lalu. Kemarin, saham maskapai American Airlines dan perusahaan pelayaran Norwegian Cruise Line kompak melesat 8% lebih.
Saham Netflix tak banyak berubah setelah perseroan mengumumkan target jumlah pelanggan kuartal III-2021 yang dipatok 3,5 juta orang, atau 2 juta di bawah ekspektasi analis. Perseroan juga mencetak kinerja kuartal II-20210 di bawah ekspektasi pasar.
Sejauh ini, menurut pantauan FactSet, 85% dari emiten menjadi konstituen indeks S&P 500 yang telah merilis laporan keuangan kuartal III-2021 mencetak kinerja yang melampaui ekspektasi pasar.
Sebagian pelaku pasar menilai Wall Street sedang memasuki periode volatil, yang berpeluang memicu koreksi lebih dalam. Salah satu faktor yang mereka cemaskan adalah mengenai inflasi yang sudah meroket 5% lebih Juni kemarin, sementara kasus Covid-19 merangkak naik kembali.
"Saya menduga yang kita lihat sekarang ini adalah rentetan peringatan dini mengenai koreksi yang mungkin akan terjadi... akhir August, September, October," tutur Matt Maley, perencana saham Miller Tabak, sebagaimana dikutip CNBC International.
Hari ini, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 -yang menjadi acuan di pasar-menguat 4 basis poin (bp) menjadi 1,25%. Penguatan imbal hasil ini sedikit menghapus kekhawatiran pasar.
Sebelumnya, yield terkoreksi (mengindikasikan bahwa harga sedang menguat karena aksi beli) di tengah inflasi yang sedang tinggi. Padahal, obligasi adalah aset minim risiko (safe haven) yang umumnya hanya diborong ketika inflasi rendah, atau investor sedang cemas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir