Investor Belum Sepenuhnya Pede, Yield SBN Kembali Melemah
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Rabu (21/7/2021), di tengah penguatan pasar saham global dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini waktu AS.
Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan pelemahan imbal hasil (yield) di hampir seluruh SBN. Hanya SBN bertenor 20 tahun yang cenderung dilepas oleh investor dan mengalami penguatan yield, yakni naik 0,9 basis poin (bp) ke level 7,109%.
Sementara ITU, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan yield acuan pemerintah kembali turun 1,6 bp ke level 6,327%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pasar keuangan global, terutama pasar saham hari ini sedang mengalami tren positif. Walaupun pasar saham global, regional, dan dalam negeri dalam tren positif, sentimen positif dari dalam negeri masih belum kuat untuk membalikkan optimisme pelaku pasar, terlihat dari masih menurunnya yield SBN pada hari ini.
Dari dalam negeri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (20/7/2021) malam memutuskan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat, yang sedianya berakhir pada 20 Juli, menjadi 25 Juli 2021.
Perpanjangan dilakukan di tengah masih tingginya penyebaran kasus virus corona (Covid-19), yakni mencapai 38.325 kasus konfirmasi baru, sehingga total kasus keterjangkitan virus tersebut mencapai 2,95 juta di Tanah Air. Namun yang mengejutkan, Presiden Jokowi menyatakan pembukaan bertahap kemungkinan bisa dilakukan pada 26 Juli.
"Karena itu, jika tren kasus terus mengalami penurunan, maka tanggal 26 Juli 2021, pemerintah akan melakukan pembukaan bertahap," kata Jokowi dalam keterangan pers yang ditayangkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (20/7/2021).
Rencana tersebut tentunya menjadi kabar baik, sebab sebelumnya beredar isu jika PPKM Mikro Darurat akan berlangsung hingga akhir bulan ini, bahkan bisa hingga 6 pekan. Beralih ke Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah AS (Treasury) terpantau mengalami kenaikan pada pra-pembukaan pasar hari ini.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun naik 3,6 bp ke level 1,245% pada pukul 06:51 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Selasa (20/7/2021) kemarin di level 1,209%.
Imbal hasil Treasury sempat merosot pada awal pekan ini hingga mencapai level terendahnya selama lima bulan terakhir, di tengah kekhawatiran tentang penyebaran Covid-19 varian Delta yang sangat cepat dan meningkatnya inflasi AS. Menurut data Centers for Disease Control and Prevention, kasus Covid-19 di AS mencapai lebih dari 35.500 sepekan terakhir.
Dalam hal kekhawatiran seputar tekanan inflasi, Kepala Investasi, Kleinwort Hambros Fahad Kamal mengatakan kepada "Squawk Box Europe" CNBC bahwa perusahaannya tidak berpikir tekanan harga akan "tidak terkendali."
"Kami tidak berpikir akan ada sesuatu seperti inflasi satu digit, kami mencatat bahwa meskipun harga cenderung mengalami kenaikan, tetapi kami memprediksi bahwa inflasi masih bersifat moderat." katanya kepada CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)