Jika Jokowi Longgarkan PPKM, Apa Dampak buat Pasar Saham RI?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mau melonggarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai 26 Juli mendatang dengan catatan jika kasus Covid-19 melandai menjadi katalis positif bagi bursa saham domestik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang kembali mencetak reli karena ekspektasi ekonomi akan mulai kembali pulih.
Sentimen positif tersebut juga mulai terasa pada perdagangan Rabu ini (21/7/2021). Sampai penutupan sesi kedua perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,21% ke level 6.029 dengan nilai transaksi Rp 11,38 triliun.
Sebanyak 274 saham bergerak naik, 206 saham melemah dan 171 saham lainnya bergerak stagnan, mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kenaikan indeks ini juga sejalan dengan menghijaunya seluruh bursa saham di Asia seperti Nikkei, Jepang yang menguat 0,58%, Shanghai Composite naik 0,73%, Strait Times naik 0,17%. Hanya indeks Hang Seng, Hong Kong yang melemah 0,13%.
Menurut Analis PT Panin Sekuritas Tbk (PANS), William Hartanto, bila kebijakan PPKM Darurat dilonggarkan, secara teknikal, IHSG bisa kembali mencetak reli dan mencapai level psikologis 6.250.
Meski demikian, William memberi catatan, pelonggaran itu dengan syarat bila kasus positif Covid-19 di Tanah Air menunjukkan penurunan. Namun, bila kasus Corona kembali meningkat dan PPKM urung dilonggarkan, bukan tidak mungkin, IHSG bakal kembali terkoreksi
"Tergantung pelaksanaannya, bisa jadi malah menurun kalau ternyata tidak dilonggarka. Untuk saat ini IHSG masih konsolidasi 5.947 - 6.114," kata William, saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (21/7/2021).
Panin Sekuritas mencermati, sejumlah sentimen lainnya yang juga menjadi perhatian pelaku pasar ialah mengenai perkembangan kasus baru Covid-19 dan kinerja keuangan emiten di kuartal kedua tahun ini.
"Selain PPKM, pelaku pasar mencermati perkembangan kasus baru Covid-19, apakah mengalami penurunan atau tidak dan kinerja keuangan emiten di Q2-2021," ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Silva Halim memperkirakan, bila sebelumnya IHSG pada semester pertama bergerak stabil di kisaran 6.000, maka di semester kedua ini, IHSG berpeluang menuju level 6.850 di akhir tahun.
Sentimen positif kenaikan tersebut, di antaranya didorong oleh perubahan masyarakat untuk berinvestasi lebih banyak di pasar modal dengan mengalihkan dana mereka dari sebelumnya dialokasikan untuk traveling karena pembatasan mobilitas masyarakat, sehingga lebih menggairahkan transaksi.
Selain itu, adanya pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) perusahaan unicorn e-commerce seperti Bukalapak mendorong minat investor, baik domestik maupun asing.
Hal ini, kata Silva, sudah terlihat dari meningkatnya jumlah investor ritel Mandiri Sekuritas sebesar 73% sampai dengan 30 Juni 2021 dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Kenaikan nasabah terutama nasabah ritel di Mansek memang disebabkan oleh likuiditas yang banyak, ample [lebih dari cukup] di market. Bunga deposito turun terus dan investor ingin return lebih banyak, sehingga banyak dana [diinvestasikan] ke obligasi atau saham," ujarnya.
(tas/tas)