
Beda Nasib 2 'Anak Baru', Saham 'Syahrini' Juara, IPAC Anjlok

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten tambang nikel PT PAM Mineral yang baru melantai (listing) pada 9 Juli lalu bertengger di pucuk 'klasemen' top gainers selama periode 12-16 Juli 2021, di tengah penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan.
Berbeda nasib, saham emiten yang bergerak di bidang waralaba dan jasa agen real estat, PT ERA Graharealty Tbk (IPAC), yang juga baru listing pada 30 Juni lalu, harus rela tersungkur sebagai top losers dalam seminggu ini.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG tercatat naik 0,54% ke posisi 6.072,510. Nilai kapitalisasi pasar Bursa meningkat 0,20% menjadi Rp7.202,257 triliun dari Rp7.187,639 triliun pada pekan sebelumnya. Selain itu, perubahan sebesar 11,27% terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian IHSG menjadi Rp10,47 triliun dari Rp11,80 triliun pada pekan sebelumnya.
Selama seminggu ini, investor asing juga berbondong-bondong masuk ke bursa Tanah Air dengan catatan beli bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp 1,39 triliun. Asing juga melakukan net buy di pasar negosiasi dan tunai sebesar Rp 501,43 miliar.
Berikut 5 besar top gainers dan top losers dalam sepekan
5 Besar Top Gainers
Nama | Kode | Harga Minggu Lalu | Harga Minggu Ini | Perubahan (%) |
PAM Mineral | NICL | 135 | 296 | 119.26 |
ABM Investama | ABMM | 775 | 1325 | 70.97 |
Boston Furniture Industries | SOFA | 135 | 214 | 58.52 |
Andalan Perkasa Abadi | NASA | 66 | 101 | 53.03 |
Ladangbaja Murni | LABA | 284 | 400 | 40.85 |
5 Besar Top Losers
Nama | Kode | Harga Minggu Lalu | Harga Minggu Ini | Perubahan (%) |
Era Graharealty | IPAC | 224 | 149 | -33.48 |
Fortune Mate Indonesia | FMII | 805 | 570 | -29.19 |
Golden Flower | POLU | 406 | 290 | -28.57 |
Royal Prima | PRIM | 545 | 396 | -27.34 |
Aesler Grup Internasional | RONY | 270 | 200 | -25.93 |
Mengacu pada data di atas, saham NICL berada di posisi pertama dengan 'terbang' 119,26%, setelah menghijau selama 6 kali-dengan 3 di antaranya menyentuh auto rejection atas (ARA)-dan melemah sekali, yakni pada Jumat (16/7) kemarin.
'Liarnya' pergerakan saham NICL dalam sepekan ini seolah mengindikasikan saham ini terkena 'demam ARA' seperti yang terjadi pada sejumlah emiten yang baru melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) lainnya di bursa.
Contoh terbaru adalah saham emiten pengelola rumah sakit RSIA Bunda Jakarta PT Bundamedik Tbk (BMHS) yang sempat menyentuh ARA 4 hari beruntun sejak IPO pada 6 Juli lalu, sebelum 2 hari setelahnya mengalami koreksi.
Informasi saja, NICL tercatat di papan pengembangan setelah melepas sebanyak 2 miliar saham baru atau setara 20,7% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan, dengan harga IPORp 100 per saham, sehingga mengantongi Rp 200 miliar.
Dana hasil IPO, sekitar Rp 72 miliar akan dipergunakan untuk pengembangan usaha perseroan dan anak perusahaan PT Indrabakti Mustika (IBM),yakni sebesar 30% untuk eksplorasi penambahan cadangan bijih nikel di area blok kerja perseroan.
Blok kerja tersebut, antara lain blok yang diberi nama mirip dengan sejumlah public figure ternama--seperti BCL, Raisa, Kartini, Tiara, dan Syahrini--dengan total luas sekitar 51 hektare yang berada di dalam area pertambangan dengan IUP atas nama perseroan di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
PAM Mineral merupakan perusahaan pertambangan nikel yang berdiri sejak 2008. PAM Mineral memiliki dua wilayah operasional, yakni di Sulawesi Tenggara Desa Lameruru Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara dan Desa Laroenai Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.
Investor 'Cabut' Saham IPAC Anjlok
Sebenarnya, saham IPAC juga mengalami 'demam ARA' seperti yang sempat dialami saham NICL, tetapi masa tersebut tampaknya sudah berlalu.
Ini lantaran selama sepekan saham IPAC ambles hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 10% sebanyak 4 kali beruntun, sementara hanya sekali menghijau, yakni pada Jumat (17/6). Tampaknya para pelaku pasar mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah saham ini melonjak tinggi sebelumnya.
Alhasil dalam sepekan saham IPAC anjlok 33,48%, sementara sejak IPO di harga Rp 120/saham, saham ini masih tumbuh 24,17%.
Sebelumnya, pada periode 30 Juni sampai 8 Juli atau selama 7 hari perdagangan beruntun saham IPAC sempat menyentuh ARA 10%.
Informasi saja, saham IPAC berada di Papan Akselerasi sehingga diperbolehkan naik-turun hingga 10%. Adapun pada Papan Utama dan Papan Pengembangan, batas ARB saat ini sebesar 7%.
Adapun IPAC, emiten ke 22 di BEI, melepas sebanyak 189,97 juta saham biasa atas nama atau sebanyak 20,00% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga penawaran umum Rp 120 per saham. Dengan demikian, dari IPO ini, perseroan meraih dana sebesar Rp 22,79 miliar.
Penggunaan dana yang diperoleh dari hasil IPO akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja terkait kegiatan operasional perseroan, seperti menggalakkan marketing dan program rekrutmen member broker dan agen baru, memperkuat existing brand ERA, merekrut software engineer untuk mengelola IT system menjadi lebih efisien, menyediakan training berstandar internasional dan mengembangkan kerjasama dengan developer untuk memasarkan proyek-proyek properti ke masyarakat.
Sementara, hasil penjualan saham divestasi setelah dikurangi biaya emisi yang dihitung secara proporsional, akan dibayarkan kepada pemegang saham penjual.
IPAC berdiri sejak tahun 1991 dan telah bergelut di bidang waralaba dan jasa agen real estat lebih dari 29 tahun. Perseroan merupakan pemegang hak atas lisensi ERA Indonesia yang merupakan master franchise real estat dari USA yang berada di lebih dari 33 negara di dunia.
ERA Indonesia merupakan bagian dari ERA Asia Pacific yang saat ini terafiliasi dengan 10 negara di Asia Pacific. ERA Indonesia saat ini mempunyai 109 kantor tersebar di 20 kota besar di seluruh Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gokil! Saham Bali United Meroket 150% Sepekan, PTDU Anjlok