Kasus Baru Covid RI Masih Terbanyak Dunia, Yield SBN Tertekan

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
16 July 2021 18:28
Business adviser analyzing financial figures denoting the progress in the work of the company.
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Jumat (16/7/2021), di mana investor masih memperhatikan perkembangan pandemi virus corona Covid-19 Indonesia yang belum berhenti mencatat rekor tertinggi.

Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan penurunan imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun yang cenderung dilepas oleh investor pada hari ini.

Yield SBN bertenor 5 tahun dengan kode FR0081 naik sebesar 1,6 basis poin (bp) ke level 5,023% pada hari ini, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun juga naik sebesar 0,2 bp ke level 6,384%. Sementara, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan yield acuan pemerintah kembali turun sebesar 1,3 bp ke level 6,437%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Lonjakan kasus penyakit virus Covid-19 masih menjadi perhatian utama, dengan kasus di atas angka 55.000 orang. Hal ini berisiko memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat yang sedianya berakhir pada 20 Juli.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sejak kemarin pukul 12.00 hingga hari ini Jumat (16/7/2021) pukul 12.00 WIB, kasus baru Covid-19 bertambah 54.000 pasien. Ini merupakan kasus baru yang terbanyak ketiga selama pandemi, dan menjadi yang tertinggi sedunia.

Sementara itu, tambahan korban yang meninggal dunia mencapai 1.205 orang, yang merupakan rekor kematian tertinggi sejak pandemi mendera. Total, ada 2,78 juta warga Indonesia yang dinyatakan positif terkena virus tersebut. 

Sejak awal pekan, pemerintah telah membuka kemungkinan perpanjangan PPKM Mikro Darurat, berdasarkan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. "PPKM Darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus," tulis bahan paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat rapat bersama Banggar DPR, Senin (12/7/2021).

Beralih ke Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah AS (Treasury) kembali mengalami kenaikan setelah Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell mengakui dalam kesaksiannya di hadapan Senat AS bahwa kenaikan inflasi masih jauh di atas target.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun naik 2,8 bp ke level 1,325% pada pukul 06:52 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Kamis (15/7/2021) kemarin di level 1,297%.

Powell sempat ditanyai oleh para senator pada Kamis kemarin selama pidatonya di hadapan Kongres AS keduanya pada pekan ini tentang kebijakan moneter. Powell menegaskan kembali bahwa pandangannya terhadap inflasi yang lebih tinggi tampaknya masih bersifat sementara. Dia juga mengakui bahwa tekanan harga jauh di atas target The Fed.

Inflasi dan pertumbuhan lapangan kerja keduanya merupakan faktor penentu kapan The Fed akan merubah kebijakan moneternya dari ultra longgar alias dovish menjadi lebih ketat atau hawkish.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen kepada CNBC International menyatakan bahwa inflasi tinggi kemungkinan masih akan bertahan dalam beberapa bulan ke depan, sebelum akhirnya melandai juga.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular