Harga Obligasi Negara Ditutup Variatif Jelang Pidato Powell

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Rabu, 14/07/2021 18:40 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (14/7/2021), di tengah penurunan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) jelang pidato dari ketua bank sentral AS.

Sikap investor cenderung beragam, di tandai dengan beragamnya pergerakan imbal hasil (yield) SBN pada hari ini. SBN bertenor 1, 3, 10, dan 20 tahun masih ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan kenaikan harga. Sedangkan sisanya cenderung dilepas investor ditandai dengan kenaikan yield dan pelemahan harga.

Yield SBN bertenor 1 tahun turun 5,5 basis poin (bp) ke level 3,389%, sedangkan yield SBN berjatuh tempor 3 tahun turun 2,6 bp ke level 4,422%, dan yield SBN dengan tenor 20 tahun juga turun sebesar 2,5 bp ke posisi 7,174.


Yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan harga turun 1 bp ke level 6,506%. Sementara sisanya mengalami kenaikan yieldYield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari dalam negeri, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat hampir pasti akan diperpanjang oleh pemerintah, laju pemulihan ekonomi pun terancam. Maklum saja, PPKM Mikro Darurat ditargetkan menekan angka infeksi harian virus corona ke bawah 10.000 orang per hari.

Nyatanya, lebih dari 10 hari PPKM Mikro Darurat dilaksanakan, angka infeksi harian justru terus mencetak rekor tertinggi. PPKM Mikro Darurat seharusnya selesai pada 20 Juli mendatang. Kemarin, jumlah kasus positif Covid-19 dilaporkan bertambah sebanyak 47.899 orang, yang merupakan rekor terbanyak, melampaui rekor sebelumnya 40.427.

Adanya risiko pandemi Covid-19 yang masih tinggi, khususnya varian baru atau delta, maka pemerintah membuat skenario untuk melaksanakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat sampai dengan 6 minggu.

Oleh karena itu APBN akan diperkuat untuk merespon dampak negatif peningkatan kasus Covid-19 kepada perekonomian dan diperlukan akselerasi vaksinasi, efektivitas PPKM Darurat, dan kesiapan sistem kesehatan, baik itu fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan.

Akibat PPKM Mikro Darurat yang diperpanjang, perekonomian Indonesia juga akan kena dampaknya. Sri Mulyani pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2021 akan melambat menjadi 4% sampai 5,4% dan pada Kuartal IV-2021 diperkirakan akan tumbuh 4,6% - 5,9%. Sehingga secara keseluruhan tahun diperkirakan hanya 3,7%-4,5%.

Di tengah sikap investor yang beragam di SBN, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) acuan terpantau menurun pada pagi hari waktu AS. Dilansir dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun 0,8 bp ke level 1,407% pada pukul 04:20 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Selasa (13/7/2021) kemarin di level 1,415%.

Bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell dijadwalkan berpidato di depan anggota Kongres pada Rabu dan Kamis tentang kebijakan moneter.

Sejauh ini dia menyatakan kebijakan uang longgar akan dipertahankan hingga ada perbaikan data tenaga kerja dan target inflasi. Sementara itu, inflasi Negeri Sam pada periode Juni 2021 naik cukup tajam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi Juni mencapai 5,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), atau kenaikan yang tertinggi sejak Agustus 2008.

Inflasi Juni di AS dilaporkan melesat 5,4% secara tahunan (YoY) dengan inflasi inti 4,5%. Angka itu jauh lebih tinggi dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang berujung pada inflasi tahunan 5%. Sementara itu untuk inflasi inti yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi berada di angka 3,8%, tertinggi sejak September 1991.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beda Arah "Jurus" Bank Sentral Dunia Atasi Ketidakpastian Dunia