Investor Masih Memburu SBN, Harga Mayoritas SBN Kembali Naik
Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Selasa (13/7/2021), di tengah amblesnya pasar saham dalam negeri dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini waktu AS.
Investor kembali memburu SBN pada hari ini, di tandai dengan penurunan imbal hasilnya (yield). Hanya SBN bertenor 1 tahun, 3 tahun, dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, di tandai dengan kenaikan yield-nya.
Yield SBN bertenor 1 tahun naik sebesar 6,2 basis poin (bp) ke level 3,444%, sedangkan yield SBN berjatuh tempor 3 tahun juga naik sebesar 2,9 bp ke level 4,448%, dan yield SBN dengan tenor 25 tahun bertambah 1,2 bp ke level 7,336%. Sementara itu, yield SBN 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan pasar turun 2,3 bp ke level 6,516%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor kembali memburu SBN pada hari ini karena merespons negatif dari wacana pemerintah yang akan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat hingga 6 pekan.
Memang kasus baru harian Covid-19 menembus angka psikologis 40.000, dengan total kasus mencapai 2,5 juta orang. Kementerian Kesehatan pada Senin (12/7/2021) hingga pukul 12:00 WIB mencatat ada tambahan kasus baru 40.427 orang, dengan total kasus Covid-19 nasional 2,567 juta orang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyebutkan bahwa PPKM darurat bisa diperpanjang hingga 6 pekan. Hal ini dapat memicu sentimen negatif bagi pasar keuangan dalam negeri. Investor juga makin pesimisris dengan pemulihan ekonomi RI jika PPKM Darurat tersebut benar-benar diperpanjang hingga 6 pekan.
Di lain sisi, pergerakan yield SBN pada hari ini berbanding terbalik dengan pergerakan yield surat utang pemerintah AS (Treasury) yang terpantau sedikit naik pada perdagangan pagi ini waktu AS.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun naik 0,5 bp ke level 1,368% pada pukul 04:20 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Senin (12/7/2021) kemarin di level 1,363%.
Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis data inflasi yang tergambarkan pada indeks harga konsumen (IHK) periode Juni pada pukul 08:30 waktu AS atau malam nanti waktu Indonesia.
Pasar dalam polling Reuters memperkirakan IHK AS akan menunjukkan kenaikan 5% secara tahunan (year-to-year/YoY), menyamai level pada Mei lalu yang merupakan level tertinggi sejak Agustus 2008.
IHK adalah salah satu indikator untuk mengukur tingkat inflasi, meskipun faktornya kurang dalam pengambilan keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) daripada indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditures/PCE).
Pasar juga bakal memantau pidato Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS), Jerome Powell yang dijadwalkan berpidato di depan anggota Kongres Rabu dan Kamis nanti untuk memberikan update kebijakan moneter.
Dari sisi pandemi, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengumumkan bahwa mereka yang telah divaksin penuh dan masih terpapar virus Covid-19 varian delta cenderung tak bergejala.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)