Simak! Saham LQ45 vs Kripto Big Cap, Mana yang Lebih Cuan?

chd, CNBC Indonesia
13 July 2021 15:10
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto dalam beberapa pekan terakhir volatilitasnya cenderung cukup tinggi, di mana dalam beberapa pekan terakhir, pergerakan kripto dapat dikatakan naik-turun.

Contohnya saja Bitcoin, dari akhir Juni hingga hari ini, grafik Bitcoin cenderung sideways di kisaran level harga US$ 32.000 hingga US$ 34.000, walaupun jika dilihat kembali dengan seksama, pada akhir bulan lalu Bitcoin sempat ke level US$ 36.000-an.

Dalam tiga bulan terakhir, Bitcoin ambruk hingga 48%. Tak hanya Bitcoin saja, mayoritas kripto di urutan 10 terbesar dengan kapitalisasi paling besar mengalami pelemahan yang tergolong besar dalam tiga bulan terakhir. Kripto Ripple menjadi yang terparah, yakni ambruk hingga 67%.

Terlepas dari masih ambruknya kripto besar selama tiga bulan terakhir, setidaknya ada tiga kripto yang masih memperoleh keuntungan atau menguat selama tiga bulan terakhir, walaupun penguatannya cenderung tipis.

Dari 3 kripto berkapitalisasi terbesar yang menguat, hanya kripto 'meme' Dogecoin yang melesat cukup tinggi selama tiga bulan terakhir, yakni meroket hingga hampir 90% atau lebih tepatnya 89,89%.

Sementara dua lainnya, yakni kripto Tether dan USD Coin hanya menguat tipis-tipis saja dalam tiga bulan terakhir, di mana koin digital Tether yang terkenal dengan stablecoin atau koin digital paling stabil naik tipis 0,06% dan koin digital USD Coin menguat tipis 0,05% tiga bulan terakhir.

Sementara itu, jika dibandingkan antara kripto 'big cap' dengan saham LQ45 yang tercatat 'cuan' dalam tiga bulan terakhir, dibandingkan dengan jumlah yang terbanyak, maka saham LQ45-lah yang menang, karena jumlah sahamnya yang menguat tinggi lebih banyak.

Saham-saham LQ45 yang penguatannya cukup tinggi dalam tiga bulan terakhir tercatat ada 10 saham, dengan tiga diantaranya menguat diatas 20% hingga 60%.

Berikut saham-saham LQ45 yang 'tercuan' dalam tiga bulan terakhir.

Namun jika dibandingkan dengan penguatannya, tiga dari 10 saham di LQ45 yang menguat cukup tinggi masih kalah dengan penguatan kripto Dogecoin selama tiga bulan terakhir. Penguatan saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) masih kalah dengan penguatan kripto Dogecoin.

Terlepas dari perbandingan tersebut, saham yang tergabung di LQ45 dengan kripto big cap belakangan ini berkinerja kurang baik, karena sentimen yang mempengaruhinya merupakan sentimen negatif.

Di kripto, sentimen negatif cukup beragam, di mana seputaran tindakan keras China dan negara lainnya masih cukup hangat, walaupun investor kripto mulai tidak memperdulikan hal tersebut.

Namun hal lainnya yakni minat investor terkini cenderung mulai beralih ke saham, terutama saham-saham di bursa Amerika Serikat (AS), karena dalam sepekan terakhir, kinerja bursa saham AS cukup positif di tengah pemulihan ekonomi AS yang mulai terlihat dan membuat inflasi semakin meninggi.

Beberapa pengamat ada yang beranggapan bahwa kripto dapat dijadikan sebagai aset lindung nilai (hedging) dari inflasi.

Walaupun investor di AS cenderung optimis, tetapi perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) yang kembali mengkhawatirkan di beberapa negara, terutama di kawasan Asia dapat menurunkan tingkat optimisme pelaku pasar global.

Hal inilah yang juga menjadi alasan investor kripto juga mulai menghindari aset berisiko tersebut dan kembali melirik aset safe haven seperti obligasi pemerintah.

Sementara di saham-saham yang masuk di indeks LQ45, dari 45 saham, hanya 12 saham yang masih menguat dalam tiga bulan terakhir. Kinerja LQ45, terutama saham-saham big cap belakangan ini memang kurang baik.

Hal ini karena berbagai sentimen negatif seperti kenaikan kasus Covid-19. Saham-saham big cap senior memang lebih sensitif terhadap isu dan sentimen dibandingkan dengan big cap baru.

Pasalnya saham-saham big cap baru rata-rata masih belum terdistribusi secara merata ke para investor sehingga hanya 1-2 pemain yang memegang mayoritas saham beredar yang menyebabkan pergerakan sahamnya tidak rentan terhadap berita negatif.

Beratnya gerak saham bluechip setelah pemerintah memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi bisa melambat jika penyebaran Covid-19 belum bisa diredam pada bulan ini, pelaku pasar akan lebih berhati-hati.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata tambahan pasien positif baru adalah 23.350 orang per hari, atau melonjak lebih dari 2 kali lipat ketimbang rerata 14 hari sebelumnya (10.628 orang setiap hari). Artinya, jelas kurva kasus corona Indonesia semakin runcing, alias meningkat tajam.

Sementara itu per Senin (12/7/2021) pukul 12:00 WIB, Kementerian Kesehatan pada Senin (12/7/2021) hingga pukul 12:00 WIB mencatat ada tambahan kasus baru 40.427 orang, dengan total kasus Covid-19 nasional 2,567 juta orang.

Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia mulai terjadi sejak pertengahan Juni lalu. Tetapi kini, pelaku pasar layak waspada.

Dari data ekonomi terakhir, sektor riil sudah terlebih dahulu terpukul. Pada akhir Juni lalu, IHS Markit melaporkan kabar kurang bagus. Aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juni 2021 dilaporkan 53,5.

Meski masih menunjukkan ekspansi (angka indeks di atas 50), tetapi menunjukkan pelambatan dari sebelumnya sebesar 55,3 di mana kala itu menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Binance Digugat CFTC, Bitcoin Cs Berguguran?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular