Dolar Masih Tunggu Data Inflasi, Yuk Rupiah Menguat Lagi!
Jakarta, CNBC Indonesia - Derasnya aliran modal ke dalam negeri Senin kemarin (12/7) membuat rupiah perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Melansir data Refinitiv, rupiah menguat 0,24% ke Rp 14.490/US$ kemarin, bahkan sempat menguat hingga 0,45% dan tidak pernah menyentuh zona merah sekalipun.
Kinerja impresif rupiah di awal pekan masih bisa berlanjut pada perdagangan hari ini, Selasa (13/7/2021). Sebab, sentimen pelaku pasar masih cukup bagus tercermin dari menghijaunya bursa saham Asia yang sudah dibuka menghijau. Indeks Nikkei Jepang sekali lagi memimpin penguatan sebesar 0,85%.
Selain itu, dolar AS juga masih belum menunjukkan taringnya lagi. Pada perdagangan Senin kemarin, indeks dolar AS memang menguat 0,14% setelah merosot dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, tetapi pagi ini kembali melemah 0,07%.
Pelaku pasar menanti data inflasi berdasarkan Consumer Price Indeks (CPI) malam ini. Data ini bisa memberikan gambaran data inflasi berdasarkan Personal Consumption Expenditure (PCE) yang dirilis belakangan, dan yang menjadi acuan The Fed.
Data terbaru bahkan menunjukkan inflasi inti PCE di bulan Mei tumbuh 3,4% year-on-year (YoY). Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 1992.
Sementara itu dari dalam negeri, risiko diperpanjangnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat kini semakin nyata. PPKM Mikro Darurat berlangsung hingga 20 Juli, dan ditargetkan bisa menekan penambahan kasus ke bawah 10.000 per hari.
Tetapi, Senin kemarin penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) kembali mencetak rekor tertinggi 40.427 orang per hari. Melewati rekor sebelumnya yang masih di kisaran 38 ribu orang per hari.
Jika PPKM Mikro Darurat diperpanjang, maka pemulihan ekonomi berisiko terhambat.
Secara teknikal, potensi penguatan rupiah masih terbuka melihat indikator stochastic pada grafik harian mulai masuk ke wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya rupiah memiliki tenaga yang cukup besar untuk menguat. Apalagi pada pekan lalu muncul pola-pola yang berpeluang membuat rupiah menguat bermunculan.
Pada Rabu (30/6/2021), rupiah membentuk pola Shooting Star, sehari setelahnya muncul pola gravestone doji. Keduanya tersebut merupakan pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.
Level psikologis Rp 14.500/US$ kini menjadi resisten terdekat. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.470/US$ hingga 14.450/US$. Jika level tersebut mampu dilewati, rupiah berpotensi menguat menuju Rp 14.400/US$.
Sementara jika kembali ke atas selama tertahan di atas Rp 14.500/U$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.530/US$, sebelum menuju ke Rp 14.565/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)