
Perhatian! Laba Emiten Asia termasuk Indonesia Diramal Flat

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan-perusahaan Asia diproyeksikan hanya mencatatkan kenaikan laba yang rendah cenderung flat dalam 12 bulan terakhir yang dihitung hingga Juni lalu.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan kasus baru dan lonjakan pasien dengan infeksi Covid-19 di wilayah Asia yang mendorong dilakukannya kembali pembatasan sosial untuk mengekang penyebaran baru wabah virus corona.
Dilansir dari Reuters, para analis menaikkan perkiraan mereka terhadap laba perusahaan terbuka (emiten) di Asia dalam 12 bulan terakhir hingga Juni lalu, tapi naiknya cuma sebesar 0,2%. Ini menjadi persentase peningkatan terendah dalam setahun, sebagaimana ditunjukkan dalam data Refinitiv.
Aktivitas manufaktur tumbuh lebih lambat di China dan Jepang karena kenaikan harga bahan baku, sementara itu penyusutan aktivitas pabrik dan manufaktur terjadi di Vietnam, Malaysia dan India. Di tiga negara ini pemerintah setempat memberlakukan pembatasan yang lebih ketat untuk menahan menularnya wabah baru.
![]() Data Refinitiv, Reuters |
Penyebaran virus corona varian delta terus mendorong peningkatan jumlah kasus baru secara global, dengan Korea Selatan melaporkan jumlah infeksi tertinggi (1.275 kasus) dalam satu hari pada Kamis (8/7).
Sedangkan dari dalam negeri, Indonesia juga melaporkan rekor kasus baru (34.379 kasus) dan total kematian (1.040 jiwa) pada Rabu (7/7).
Dalam laporan Reuters, perusahaan China, Thailand, Indonesia dan Malaysia pada bulan lalu memproyeksikan penurunan perkiraan pendapatan mereka di periode mendatang.
Pertumbuhan aktivitas pabrik China melambat ke level terendah dalam 15 bulan terakhir pada Juni. Hal ini terjadi akibat rentannya rantai pasok dan juga peningkatan kasus Covid-19.
Laba di Asia
Adapun Jepang dan Hong Kong mengalami sedikit peningkatan. Sedangkan lonjakan harga komoditas berkontribusi atas meningkatnya laba bersih perusahaan-perusahaan Australia sebesar 3%.
Analis juga menaikkan perkiraan pendapatan dalam 12 bulan ke depan untuk perusahaan Vietnam sebesar 9,3% pada Juni lalu akibat mulai pulihnya pandemi di negara-negara maju yang diharapkan akan mendukung peningkatan ekspor Vietnam.
Data menunjukkan Asia diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan laba emiten-emitennya sebesar 34,7% pada tahun 2021, lebih rendah dibandingkan dengan Eropa yang berada di angka 63,4% dan Amerika Serikat sebesar 45,5%.
Namun Sean Taylor, Kepala Investasi untuk Asia Pasifik di perusahaan pengelola aset asal Jerman DWS, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa Asia berada di posisi yang baik untuk tumbuh di atas tren di dunia pascapandemi.
"Pasar Asia Utara (Cina, Taiwan, Korea Selatan) secara khusus mampu mengelola krisis (akibat pandemi) Covid-19 dengan sangat baik. Itu seharusnya berdampak positif untuk ke depan," katanya dilansir Reuters.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi China Tertekan, Mayoritas Bursa Asia Malah Menguat
