Dow Futures Menguat Tipis, Didorong Saham Migas & Teknologi

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 July 2021 19:13
Trader Gregory Rowe works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Aug. 5, 2019. Stocks plunged on Wall Street Monday on worries about how much President Donald Trump's escalating trade war with China will damage the economy. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada perdagangan Rabu (7/7/2021), setelah indeks S&P 500 berakhir di zona hijau dalam tujuh hari beruntun-terpanjang sejak Agustus tahun lalu.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average naik hanya 25 poin dari nilai wajarnya. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq juga menguat, masing-masing sebesar 0,25% dan 0,6%.

Saham sektor minyak dan gas masih menjadi penopangnya. Saham Devon Energy, Occidental Petroleum dan APA Corp menguat di sesi pra-pembukaan, setelah harga kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 2%.

Mayoritas saham teknologi juga menguat dipimpin Amazon yang melesat 5%, diikuti Apple dan Alphabet (induk usaha Google). Sebaliknya, saham siklikal yang diuntungkan oleh pembukaan ekonomi berbalik melemah di antaranya Caterpillar.

Saham perbankan seperti Goldman Sachs dan JPMorgan Chase melanjutkan koreksi mereka setelah imbal hasil (yield) obligasi jangka panjang anjlok, sehingga menekan prospek profitabilitas industri keuangan.

Membalik banyak prediksi, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun-yang menjadi acuan harga di pasar-anjlok 1,35% pada hari ini. Hanya yield obligasi jangka pendek, di antaranya tenor 1 dan 2 tahun, yang flat cenderung menguat.

Imbal hasil obligasi bergerak berlawanan dari harga, sehingga koreksi yield menandakan bahwa investor memborong surat berharga tersebut. Aksi beli itu telah terjadi pada Selasa, ditandai dengan anjloknya imbal hasil obligasi tenor 10 tahun sebesar 7,2 basis poin (bp) menjadi 1,36%.

Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks Dow Jones anjlok 208,98 poin (-0,6%) dan S&P 500 melemah 0,2%, setelah menyentuh rekor tertinggi baru. Sebaliknya, indeks Nasdaq menguat nyaris 0,2% dan mencetak rekor tertinggi baru.

Investor sedang mengkhawatirkan risiko berbaliknya arah bursa di tengah ketakpastian terkait pandemi, kekhawatiran lonjakan inflasi, dan pengurangan pembelian surat berharga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) atau kebijakan tapering.

Mereka akan memantau arah kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang bakal terbaca dari rilis risalah rapat (Fed Minutes) bulan lalu. Bank sentral terkuat di dunia ini diprediksi masih akan mempertahankan kebijakan moneter longgar (dovish).

Di sisi lain, kebijakan pengurangan pembelian (tapering off) obligasi di pasar sekunder, dari posisi sekarang sebesar US$ 120 miliar per bulan, diprediksi bakal dimulai dalam waktu dekat dan diikuti kenaikan suku bunga acuan secepatnya pada 2022.

Pasar juga akan memantau rilis data pengajuan kredit perumahan rakyat (KPR) mingguan dan data tenaga kerja.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular