Ikuti Yield Treasury, Yield Mayoritas SBN Kembali Menurun

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 July 2021 18:55
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Rabu (7/7/2021), di mana investor masih cenderung bermain aman meskipun data ekonomi Indonesia yang dirilis hari ini tergolong positif.

Investor kembali memburu SBN pada hari ini, terlihat dari penurunan yield-nya di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN bertenor 25 tahun yang dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield-nya pada hari ini. Yield SBN berjatuh tempo 25 tahun dengan seri FR0067 naik tipis sebesar 0,2 basis poin (bp) ke level 7,306% pada hari ini.

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan yield acuan pemerintah kembali turun 3,6 bp ke level 6,553%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pergerakan yield SBN kembali mengikuti pergerakan yield obligasi pemerintah (AS) yang dibuka menurun pada perdagangan Rabu pagi waktu AS, jelang rilis hasil rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada siang hari ini waktu AS.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun 2 bp ke level 1,35% pada pukul 06:55 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Selasa (6/7/2021) akhir pekan lalu di level 1,37%.

The Fed diperkirakan akan mempublikasikan hasil dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) 15-16 Juni pada pukul 14:00 siang waktu AS atau pada Kamis (8/7/2021) dini hari waktu Indonesia. Investor akan mengamati hasil rapat tersebut untuk melihat kebijakan moneter terbaru dari The Fed.

Pasar memperkirakan bahwa The Fed masih akan mempertahankan sikap dovish-nya, berlandaskan kemajuan di pasar tenaga kerja dan tidak khawatir bahwa kenaikan inflasi baru-baru ini masih bersifat sementara.

Di lain sisi, mengurangi pembelian obligasi (Treasury) atau tapering akan menjadi kemunduran besar pertama The Fed dari kebijakan longgarnya yang diberlakukan ketika ekonomi ditutup tahun lalu.

Berakhirnya pembelian Treasury dan hipotek sebesar US$ 120 miliar per bulan juga akan menandakan bahwa langkah bank sentral AS selanjutnya adalah menaikkan suku bunga.

Sementara itu dari dalam negeri, Per Selasa (6/7/2021) kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona (Covid-19) di Indonesia mencapai 2.345.018 orang, atau bertambah 31.189 orang dari hari sebelumnya. Ini adalah rekor penambahan kasus harian tertinggi sejak virus Covid-19 mewabah di Tanah Air.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata tambahan pasien positif baru adalah 23.350 orang per hari, atau melonjak lebih dari 2 kali lipat ketimbang rerata 14 hari sebelumnya (10.628 orang setiap hari). Artinya, jelas kurva kasus Covid-19 Indonesia semakin runcing, alias meningkat tajam.

Sementara, pemerintah memberlakukan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyrakat (PPKM) Mikro darurat yang berujung kericuhan di lapangan, karena aksi sekat di jalan-jalan utama perbatasan DKI Jakarta tidak diikuti penghentian aktivitas perkantoran.

Investor di obligasi seakan tidak memperdulikan kabar bagus dari Bank Indonesia (BI) yang melaporkan bahwa cadangan devisa (cadev) bulan lalu melonjak US$ 700 juta, menjadi US$ 137,1 miliar. Pasalnya, kenaikan tersebut terjadi karena penarikan utang baru, berupa emisi sukuk dalam dolar AS senilai US$ 3 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular