
Abaikan Lonjakan Cadev, IHSG Ditutup Melemah 0,25% di Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkapar di teritori negatif pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (7/7/2021), menyusul berlanjutnya aksi pecah rekor kasus harian Covid-19 dan ketidaksinkronan kebijakan pengendalian pandemi di Indonesia.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.031,896 atau melemah 15,2 poin (-0,25%), setelah sempat dibuka melompat 0,8% ke level 6.062,77 dan berlanjut menyentuh level tertingginya pada 6.066,994 pada pukul 09:20.
Namun, indeks acuan bursa tersebut kemudian tertekan hingga sempat menyentuh level terendah di 6.022,305. Sebanyak 262 saham melemah, 196 lain menguat, dan 166 sisanya flat. Nilai transaksi bursa meningkat ke kisaran Rp 8,8 triliun yang melibatkan nyaris 22 miliar saham dalam transaksi 819.000-an kali.
Investor asing tercatat mencetak penjualan bersih (net sell) senilai Rp 90,5 miliar. Namun di pasar negosiasi dan tunai, mereka mencetak penjualan bersih (net buy)Rp 23 miliar. Aksi jual asing terjadi di tengah pecahnya rekor tertinggi baru kasus harian Covid-19 di Indonesia.
Per Rabu (6/7/2021), Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona di Indonesia mencapai 2.345.018 orang, atau bertambah 31.189 orang dari hari sebelumnya. Ini adalah rekor penambahan kasus harian tertinggi sejak virus corona mewabah di Tanah Air.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata tambahan pasien positif baru adalah 23.350 orang per hari, atau melonjak lebih dari 2 kali lipat ketimbang rerata 14 hari sebelumnya (10.628 orang setiap hari). Artinya, jelas kurva kasus corona Indonesia semakin runcing, alias meningkat tajam.
Sementara, pemerintah memberlakukan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masayrakat (PPKM) Mikro darurat yang berujung kericuhan di lapangan, karena aksi sekat di jalan-jalan utama perbatasan DKI Jakarta tidak diikuti penghentian aktivitas perkantoran.
Saham yang dilego asing terutama adalah PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan nilai penjualan masing-masing sebesar Rp 45,4 miliar dan Rp 37,4 miliar. Keduanya melemah masing-masing sebesar 3,35% dan 0,37% menjadi Rp 865 dan Rp 1.340/unit.
Sebaliknya, saham yang masih diburu asing adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai pembelian masing-masing Rp 47,7 miliar dan Rp 35,2 miliar. Kedua saham tersebut juga melemah, masing-masing sebesar 0,4% dan 0,2% menjadi Rp 5.750 dan Rp 4.890/saham.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) kali ini merajai transaksi dengan nilai Rp 294,9 miliar, diikuti saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebesar Rp 278,9 miliar. Kedua saham yang terkait dengan BRI-bank BUMN beraset terbesar nasional-tersebut melesat, masing-masing sebesar 11,6% dan 6% menjadi Rp 2.110 dan Rp 2.31/unit.
Investor mengabaikan kabar bagus dari Bank Indonesia (BI) yang melaporkan bahwa cadangan devisa (cadev) bulan lalu melonjak US$ 700 juta, menjadi US$ 137,1 miliar. Pasalnya, kenaikan tersebut terjadi karena penarikan utang baru, berupa emisi sukuk dalam dolar AS senilai US$ 3 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1