Tak Peduli Sedang PPKM Darurat, Yield SBN Lanjut Menguat

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
05 July 2021 18:33
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (5/7/2021), di hari perdagangan pertama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro Darurat.

Investor kembali melepas kepemilikannya di SBN pada hari ini, terlihat dari kenaikan imbal hasilnya (yield) di beberapa tenor SBN acuan. Hanya SBN bertenor 1 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun yang masih ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield-nya.

Yield SBN bertenor 1 tahun turun sebesar 0,7 basis poin (bp) ke level 4,503%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun turun 2,2 bp ke level 7,278%, dan yield SBN bertenor 30 tahun turun 0,6 bp ke level 6,914%.  Sementara, yield SBN tenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan yield acuan pemerintah naik sebesar 0,8 bp ke level 6,644%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Hari ini merupakan hari perdagangan pasar keuangan pertama di masa PPKM Mikro Darurat. Namun ternyata, investor di pasar obligasi kembali mengabaikan kondisi terkini dari pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia.

Tercatat dalam 2 hari terakhir, penambahan kasus per harinya lebih dari 27.000 orang. Kemarin, jumlah kasus Covid-19 dilaporkan bertambah sebanyak 27.233 orang, sedikit turun dibandingkan Sabtu (3/7/2021) lalu yakni 27.913 orang yang merupakan rekor penambahan kasus per hari.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah kasus aktif yang terus menanjak, hingga saat ini sebanyak 295.228 kasus yang merupakan rekor tertinggi.

Lonjakan kasus tersebut membuat pemerintah menetapkan PPKM Mikro Darurat yang berlangsung pada 3 hingga 20 Juli mendatang. Tujuannya, agar penambahan kasus per hari bisa ditekan ke bawah 10.000 orang.

Namun jika target tersebut belum tercapai, tentunya ada kemungkinan PPKM Mikro Darurat akan diperpanjang, dan mengancam pemulihan ekonomi. Sektor manufaktur sudah merasakan efek dari lonjakan kasus Covid-19, bahkan sebelum PPKM Mikro Darurat ditetapkan.

IHS Markit melaporkan kabar kurang bagus. Aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juni 2021 dilaporkan 53,5. Meski masih menunjukkan ekspansi (angka indeks di atas 50), tetapi menunjukkan pelambatan dari sebelumnya sebesar 55,3 di mana kala itu menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Yield SBN Lanjut Melandai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular